REPUBLIKA.CO.ID, Azan Ashar mulai berkumandang di Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Umat Islam, khususnya kaum pria mulai pergi ke Masjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan Agats.
Saya pun turut masuk ke masjid yang dibangun di atas papan tersebut. Namun, saat itu imam sudah sampai di rakaat kedua, sehingga saya pun mempercepat langkah untuk segera mengambil wudhu' di belakang masjid.
Setelah selesai wudhu', saya langsung mengambil langkah seribu agar tidak semakin tertinggal dengan jumlah rakaat imam. Sesaat sebelum shalat, saya pun tergugah saat melihat banyaknya jamaah yang melaksanakan shalat.
Ternyata di daerah yang berpenduduk mayoritas non muslim ini banyak juga yang melakukan shalat berjamaah di masjid. Bahkan, jamaahnya tampak jauh lebih banyak daripada jamaah yang shalat di masjid perkotaan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Kamis (8/2), saat itu umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Ashar setidaknya ada enam shaf (baris, red). Shalat jamaah pun berlangsung khusyu'. Jamaahnya terdiri orang tua maupun anak-anak. Ada juga jamaah perempuan yang shalat di area yang ditutupi dengan kain.
Setelah imam menutup salam, kemudian seorang ustaz muda tiba-tiba naik ke tangga mimbar. Ustaz muda itu mengenakan baju koko warna biru dan bercelana kain cokelat, tak lupa ia juga mengenakan kopyah bermotif cokelat putih.
Ia tangga itu, ia pun langsung membacakan beberapa hadis nabi menggunakan pengeras suara. Salah satu hadis yang dibacakannya saat itu yaitu hadis nabi yang diriwayatkan Annas ibnu Malik . "Barang siapa yang menjaga lidahnya Allah akan menutupi aibnya. Barang siapa menahan kemarahannya, Allah akan menahan azabnya pada hari kiamat," kata ustaz muda itu, Lukman (17 tahun).
Beberapa jamaah tampak masih duduk mendengarkan hadis yang dibacakan Lukman. Salah seorang jamaah yang duduk didepan saya pun tampak mengangguk-anggukkan kepala saat Lukman membacakan hadis. Saat ditemui, Lukman mengatakan, pengajian hadis itu memang dilaksanakan secara rutin setiap ba'da Ashar di Masjid An-Nur.
"Setiap Ashar memang begini, gantian membacakannya," ujar ustaz muda yang pernah belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Timika ini.
Usai shalat, jamaah langsung kembali melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Sementara, anak-anak kecil langsung belajar mengaji kepada para ustazah. Setidaknya ada 40 anak yang mengaji di dalam masjid itu. Salah seorang gadis kecil berkerudung biru malu-malu saat saya mencoba mengabadikan fotonya.
Di sela-sela kegiatan mengaji anak-anak itu, saya pun menemui salah satu ustaz atau pengurus Masjid An-Nur, Abdul Somad. Ustaz berjenggot ini juga merupakan Sekteratis MUI Kabupaten Asmat.
Ustaz Somad menjelaskan, ghirah umat Islam untuk mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini cukup besar, baik yang muda ataupun yang tua. Karena itu, pengurus Masjid An-Nur pun menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, seperti pengajian harian, bulanan dan juga pendidikan membaca Alquran untuk anak-anak.
"Pengajian wali santri dilaksanakan setiap bulan sekali. Pengajian dirosah setiap hari Ahad bagi ibu-ibu. Kemudian tiap malam ba'da maghrib bapak-bapak. Ba'da isya itu remaja dan pemuda. Alhamdulillah kegiatan ada terus," kata Ustaz Somad.
Masjid An-Nur dibangun di atas tanah yang dihibahkan oleh umat Islam sekitar tahun 1972. Bangunan masjid ini rata-rata terbuat dari papan, termasuk lantainya, temboknya, dan pagarnya. Masjid Raya ini dibangun karena di daerah pelosok Papua ini juga terdapat banyak umat Islam.
Berdasarkan data tahun 2014, menurut dia, jumlah umat Islam di Kabupaten Asmat ada sekitar 8.000-an. Namun, untuk jumlahnya tahun ini ia mengaku tidak tahu. Yang jelas umat Islam di kabupaten ini terus meningkat.
Menurut dia, sejak adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) Campak dan Gizi Buruk di Asmat pada awal tahun ini, umat Islam yang shalat di Masjid An Nur memang tambah banyak dibandingkan hari-hari biasa. Karena jamaahnya ditambah oleh para relawan yang rata-rata Muslim.
"Jamaah banyak karena ada kasus KLB. Biasanya cuma tiga sampai empat shaf. Kami juga sengaja menarik teman-teman remaja untuk meramaikan masjid," kata Ustaz Somad.
Kerukunan umat beragama di Asmat juga cukup tinggi dan jika ada masalah, semua persoalan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Apalagi, menurut Ustaz Somad di Kabupaten Asmad ini juga ada Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB), sehingga semua umat beragama menjadi bersaudara.
Hal ini juga dapat dilihat dari awal munculnya kasus KLB. Saat itu, pengurus Masjid An-Nur juga langsung bergerak untuk membantu saudaranya yang terkena campak dan gizi buruk. Bantuan tersebut dikumpulkan kepada pemerintah untuk menyalurkannya.
"Kami kumpulkan mewakili umat Islam di sini. Kedua kami juga membuat makanan siap saji yang diberikan kepada warga sebagai kepedulian kita. Kita tidak membeda-bedakan," tegas Ustaz Somad.
Saya dan Ustaz Somad berbincang cukup lama. Di akhir-akhir perbicangan saya dan Ustaz Somad, anak-anak masih terus belajar mengaji kepada beberapa ustazah di dalam masjid itu. Menurut Ustaz Somad, ghirah anak-anak itu juga sangat besar untuk belajar Alquran.
Sayangnya, para ustaz yang bisa mengajar untuk menghafalkan Alquran tidak ada di Asmat. Karena itu, Ustaz Somad pun menyambut baik mendengar kabar bahwa yayasan ustaz Yusuf Mansur, YPPA Darul Quran akan membangun pondok tahfidz di Distrik Agats. "Pondok Tahfidz sangat dibutuhkan di sini, karena banyak yang tertarik. Cuma kami kan di sini kekurangan guru di bidang Alquran," jelas Ustaz Somad.
Selain itu, ia juga berharap kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat untuk sering mengirimkan da'i ke Asmat, sehingga dapat meningkatkan ibadah umat Islam di Asmat. "Kami sebenarnya pesannya cuma perlu banyak dai ke sini," tutupnya.