Ahad 28 Jan 2018 06:46 WIB

Muslim Ceska Berjuang Luruskan Stigma Negatif

Media di Ceska kerap sudutkan Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Ceko
Foto: AP
Muslim Ceko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Muslim di ceska mengakui, tidak mudah hidup di Praha. Apalagi, dengan situasi politik dengan pemerintahnya yang dirundung Islamofobia.

Seorang Muslim ceska Talah Nadeem menceritakan perjuangan hidup Muslim di negara tersebut. Isla mofobia terjadi di masa pemerintahan presiden Milos Zeman hingga saat ini.

Agak sulit menjaga moral dan menjaga keimanan saat tinggal di Praha. Ini karena Praha dikenal sebagai tempat pesta internasional.

Disana, harga air mineral lebih mahal dibandingkan alkohol, seks bebas tidak tabu, bahkan penggunaan obat-obatan terlarang bukan tindakan kriminal.

Nadeem merupakan pemeluk Islam moderat. Meski tidak mengonsumsi alkohol, minuman keras, dan hidup tanpa seks bebas, dia mampu menikmati hidup. Banyak Muslim yang ketika menolak hal tersebut dianggap sebagai paria (kasta terendah di India kuno).

Dia beruntung mendapatkan teman-teman yang tidak melakukan diskriminasi padanya. Namun, sikap toleran terhadap Muslim ini tidak dilakukan secara terbuka, sehingga banyak Muslim yang menyerah dengan tekanan untuk mengonsumsi alkohol

Banyak masyarakat ceska yang tidak peduli dan tidak percaya dengan keberadaan agama, khususnya Islam. Agama telah digantikan dengan atheis yang kuat.

Apalagi, media menggambarkan Islam yang dekat dengan kekerasan, teroris, hedonis, berjanggut panjang penghuni gua, dan merencanakan kehancuran dunia Barat.

Namun, umat Muslim di ceska masih tetap berusaha menghilangkan stigma negatif yang diidentikkan kepada mereka. Salah satu upaya yang dilakukan adalah ketika khutbah di enam masjid Praha menggunakan bahasa yang berbeda, seperti bahasa ceska, Inggris, Rusia, dan Turki. Ini merupakan bagian dari cara untuk mengintegrasikan Islam dengan masyarakat ceska.

Kondisi sulit juga dirasakan terkait urusan mendirikan masjid. Sejak 1998, masjid pertama dibangun di Brno. Setahun kemudian, masjid kedua dibangun di ibu kota ceska, Praha.

Perkembangan Muslim di ceska mengalami hambatan pada 2002. Umat Muslim ketika itu berusaha membangun masjid ketiga di kota lainnya, tetapi ditolak oleh warga.

Ruang shalat sangat padat setiap Jumat, sehingga terpaksa harus menggelar shalat Jumat dua kali dengan ceramah. Ketika shalat Id, seperti Idul Adha dan Idul Fitri mereka menyewa aula olahraga.

Meskipun, mendapat penolakan dari masyarakat, pada 2004 Islam kembali terdaftar sebagai agama resmi di ceska. Sesuai dengan aturan yang berlaku, masyarakat yang memiliki agama berhak mendapatkan dana dari negara untuk kegiatan dan tempat ibadah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement