REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Islamic Youth Economic Forum (ISYEF) ingin kembalikan fungsi masjid sebagai pusat peradaban dan pendidikan. Hal itu diungkapkan perwakilan ISYEF Muhammad Akbar Satrio dalam acara Islamic Cultural and Civilization in Andalusia, Spain, di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Rabu (24/1).
Ia menjelaskan ISYEF merupakan sinergi dan kolaborasi antara komunitas dan remaja masjid. Selama ini, para komunitas dan pemuda masjid memiliki dakwah dan gerakan masing-masing. ISYEF berupaya menyatukan gerakan-gerakan tersebut.
"Setiap remaja dan komunitas merasa harus ada kebangkitan bersama," ujar dia.
ISYEF diinisiasi beberapa organisasi, seperti, AYLI dan YISC Al-Azhar, Remaja Islam Masjid Cut Mutia, Remaja Islam Sunda Kelapa, BPL PB Himpunan Mahasiswa Islam, Peppermint Indonesia, Nasr Indonesia, PRIMA Dewan Masjid Indonesia, PRISMA Masjid At-tin, PRISMA Masjid Al-Amin, dan Syarekat Kebangkitan Pemuda Islam.
Satrio meyakini ISYEF bisa mengembangkan ekonomi pemuda masjid. Ia mengingatkan jumlah masjid di Indonesia sekitar 800 ribu. Menurut dia, apabila seluruh komunitas dan remaja masjid bergerak, maka mampu menciptakan masa depan peradaban Islam.
Dengan demikian, tak ada lagi alasan remaja masjid menggunakan alasan pekerjaan untuk meninggalkan masjid. "ISYEF menciptakan ekonomi di masjid, kembangkan dakwah sehingga pembangunan ekonomi umat terwujud," ujar dia.