REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Peneliti Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK) Ibrahim mengatakan bahwa masjid bisa menjadi bangunan evakuasi alternatif saat terjadi bencana tsunami.
"Saat bencana tsunami 2004 lalu di Aceh, sudah terbukti masjid menjadi salah satu tempat alternatif banyak masyarakat untuk menyelamatkan diri," kata Ibrahim, di Banda Aceh, Rabu (20/12/2023).
Ibrahim menyampaikan berdasarkan kejadian bencana tsunami 19 tahun lalu, masjid telah menjadi tempat evakuasi masyarakat, bahkan bangunan masjid seperti Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Rahmatullah Lhoknga serta Masjid Ulee Lheue masih bertahan dan bisa menyelamatkan banyak masyarakat.
"Melihat potensi kerusakan bangunan, masjid memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan bangunan umum lainnya," ujarnya.
Dia mengatakan, masjid-masjid tersebut masih berdiri kokoh meskipun diterjang ombak tsunami, karena konstruksi dan desain arsitekturnya adalah dinding terbuka.
Untuk itu, dirinya menyimpulkan masjid dapat menjadi bangunan evakuasi alternatif yang dapat dipergunakan saat menjadi bencana, terutama tsunami asalkan ditunjang dengan konstruksi bangunan yang kokoh serta tahan gempa.
"Perlu dipetakan masjid berpotensi sebagai bangunan evakuasi, keamanan dari segi struktur, akses ke bagian atap masjid ketika terjadi bencana tsunami dan kelengkapannya, serta kesiapan pengelola masjid," katanya.
Baca juga: Ditanya Kristen Mengapa tak Lakukan Pembantaian di Yerusalem, Ini Jawaban Salahuddin
Apalagi, lanjut dia, berdasarkan penelitian McCaughey (2017), sebanyak 32 persen masyarakat Aceh memilih evakuasi secara vertikal ke bangunan tsunami vertical evacuation (TVE), salah satunya masjid pada saat bencana tsunami 2004.
"Masjid mendapat prioritas utama sebagai tempat evakuasi karena mempunyai pengaruh besar dalam konteks praktis dan spiritual ketika terjadi tsunami Aceh 2004," kata dia.