REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, KH Cholil Nafis menyerukan agar umat Islam di Indonesia melakukan wakaf produktif kepada lembaga resmi yang ada, sehingga membangun martabat umat Islam. Ia menjelaskan bahwa wakaf itu selalu dilakukan seseorang yang memang dermawan dan ingin bersedekah dalam jangka panjang.
Menurut dia, seseorang berwakaf didorong oleh rasa kedemawanan, bukan karena kewajiban. Seseorang yang berwakaf akan melakukannya dengan suka rela untuk menyisihkan hartanya. Menurut dia, jumlah wakaf sendiri tak dibatasi nominalnya. Berapa pun harta yang dimiliki dianjurkan untuk diwakafkan, asal hartanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Di era generasi milenial dan keuangan digital ini, menurut dia, memungkinkan setiap orang bisa berwakaf sekaligus dapat dengan mudah memilih model investasi untuk pengembangannya. Diharapkan hasil laba investasi dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya dan aset wakaf harus tetap dijamin lestari tanpa terkurangi oleh inflasi.
"Tapi saya sempat menyaksikan, mendoakan dan mendorong wakaf uang menjadi budaya masyarakat. Jika berwakaf menjadi budaya menyisihkan sebagian hartanya setiap Jumat untuk berwakaf maka hal itu menjadi kekayaan sekaligus menjadi tangga untuk mengangkat martabat umat," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Rabu (10/1).
Hal ini disampaikan Kiai Cholil usai menghadiri acara peluncuran program Wakaf Investasi Selamanya (WIS) yang digagas oleh Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa (YWBNB) dan ESQ 165 di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).
"Mari renungkan seandainya setiap 10 juta masyarakat berwakaf Rp 100 ribu setiap bulan maka akan terkumpul Rp 1 Miliar. Bayangkan kalau sepertiga masyarakat atau 100 juta orang Indonesia berwakaf Rp 1 juta per tahun maka akan terkumpul Rp 1 triliun setiap tahunnya," ucap Kiai Cholil.
Ia menambahkan, melalui program wakaf investasi selamanya itu dana wakaf bisa bermanfaat tidak hanya pada kepentingan umat, tapi juga untuk kepentingan pribadi. Karena, melalui program WIS, umat bisa memperoleh nilai manfaat hingga tujuh turunan.
"Jika sebagian masyarakat membiasakan berwakaf untuk produktif dan bernilai ekonomi maka berapa aset negara yang dkuasai oleh asing dapat dibeli kembali oleh umat. Lalu hasilnya untuk masyarakat tak mampu kemudian diberdayakan dan dibiayai pendidikan anaknya," katanya.
"Mari biasakan berwakaf untuk mertabat masyarakat yang akan datang dan bekal untuk menghadap yang Maha Kuasa," kata Ketua Pembina Yayasan Investa Cendekia Amanah ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa (YWBNB) dan ESQ 165 meluncurkan program Wakaf Investasi Selamanya (WIS) di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/1) Potensi wakaf Indonesia mencapai Rp 377 triliun. Dengan potensi sangat tinggi ini, WIS akan mendukung pembangunan nasional.
Dana wakaf yang terkumpul nantinya dapat diinvestasikan pada bidang-bidang usaha produktif salah satunya pembelian saham BUMN. Pendiri ESQ, Ary Ginanjar optimis WIS akan direspon positif oleh masyarakat mengingat inovasi wakaf ini memiliki keunikan, keunggulan, dan kemanfaatan yang cukup luas bagi pemberdayaan umat dan kemajuan bangsa.
"Program wakaf uang yang manfaatnya dapat dinikmati selamanya ini juga akan digunakan untuk mendanai Gerakan Indonesia Menulis Al-Quran (IMA)," katanya.