Ahad 24 Dec 2017 22:41 WIB

ACT Sebar 500 Humanity Card untuk Pengungsi Rohingya

ACT akan membangun 1000 shelter hunian sementara untuk pengungsi Rohingya di Kamp Kutupalong, Ukhiya, Cox's Bazar.
Foto: dok. ACT
ACT akan membangun 1000 shelter hunian sementara untuk pengungsi Rohingya di Kamp Kutupalong, Ukhiya, Cox's Bazar.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan 500 kartu bantuan kemanusiaan atau humanity card kepada para pengungsi Rohingya di kamp pengungsian Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, Ahad.

"Humanity Card ini salah satu program ACT untuk membantu para pengungsi. Kartu ini akan ditukarkan dengan sembako. Mereka tidak dibiasakan dengan uang, tapi kami upayakan memberi sesuai yang mereka butuhkan," kata General Manager Komunikasi ACT Lukman Azis di Cox's Bazar, Bangladesh, Ahad.

Lukman mengatakan pengungsi yang mendapatkan humanity card bisa menukarkan sembako di posko yang disiapkan ACT di lokasi yang terjangkau oleh pengungsi.

"Kebutuhan pokok mereka masih kami berikan karena mereka belum bisa mandiri," ujarnya.

 

Humanity card merupakan paket sembako yang berlaku selama sebulan yang terdiri atas beras (25 kg), minyak goreng (lima liter), bawang (tiga kg), kentang (tiga kg), kacang-kacangan (dua kg), semai (satu kg), garam (satu kg), serta susu dan gula.

ACT mendistribusikan humanity card dengan melibatkan para mazi atau pengurus lingkungan di tiap kamp pengungsi yang akan mendata jumlah kepala keluarga. Kartu didistribusikan secara bertahap hingga empat hari kedepan.

"Hari ini kami mendistribusikan 112 kartu, bertahap terus sampai 500 kartu selama empat hari. Targetnya kami akan membagikan 1.000 kartu,"jelas Lukman.

Ia menambahkan program humanity card ini sudah dijalankan sejak 2015 untuk pengungsi Rohingya.

"Tetapi ini pertama kali kami bagikan untuk pengungsi baru," kata Lukman.

Pada saat pembagian kartu di Kamp Kutupalong, para pengungsi antre dengan rapi. Ada juga pengungsi yang menukar kartu di posko bantuan ACT di Tengkali.

Seorang pengungsi Gulbahar (33) bersyukur mendapat jaminan bantuan pangan untuk kebutuhannya sehari-hari. Ia harus menghidupi tiga anaknya, sementara suaminya tidak diketahui keberadaannya.

"Suami saya hilang di Myanmar. Saya tidak punya apa-apa untuk menghidupi tiga putra saya. Saya bersyukur mendapat bantuan ini," kata Gulbahar yang tiba di Bangladesh sejak empat bulan lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement