REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada suatu kisah dimana Rasulullah SAW menegur salah seorang sahabat dengan menyindirinya. Beliau berulangkali menyindir sahabat itu hingga ia mengakui kesalahannya.
Dikisahkan dari Buku yang berjudul ‘Teladan Muhammad’ yakni Khawat bin Jubair meriwayatkan bahwa ia dan sahabat lainnya bersama Rasulullah SAW pernah berhenti di Marr adz-Dzahran. Lalu Khawat keluar dari tendanya dan tiba-tiba melihat para wanita yang sedang berbincang-bincang.
Para wanita itu membuatnya terpesona, lalu ia pun segera kembali ke tenda dan mengambil tasnya. Kemudian ia mengeluarkan pakaian yang bagus untuk dipakai, lantas ia menghampiri mereka dan duduk bersama mereka.
Tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dari tendanya, kemudian bertanya, “Hai Abu ‘Abdullah, apa yang membuatmu duduk-duduk bersama mereka? Ketika Khawat melihat Rasulullah SAW, ia merasakan kewibawaan beliau. Dalam keadaan panik ia menjawab, “Wahai Rasulullah, untaku lepas. Aku sedang mencari tali kekangnya, tetapi ia pergi maka aku pun mengikutinya.”
Lalu beliau melemparkan selendangnya kepada Khawat dan masuk ke antara pepohonan Arok (pohon yang batangnya bisa dijadikan siwak). Khawat seperti bisa melihat putih perut beliau di antara hijaunya pepohonan Arok. Lalu, beliau pun membuang hajat kemudian berwudhu. Tiba-tiba, beliau menghampirinya sementara air tampak mengalir dari jenggot ke dadanya atau menetes dari jenggot ke dadanya.
Rasulullah SAW bertanya kepada Khawat, “Hai Abu Abdullah, bagaimana kabar untamu yang lepas?” Kemudian Rasulullah dan para sahabat termasuk Khawat ra berangkat melanjutkan perjalanan. Rasulullah SAW tidaklah mengikuti Khawat di sepanjang perjalanan melainkan dengan berkata, “Assalamu ‘alaik, hai Abu Abdullah, bagaimana kabar untamu yang lepas?”
Saat Khawat merasakan ketidaknyamanan itu, ia segera memasuki kota Madinah dan menjauhi masjid untuk menghindari duduk bersama Rasulullah SAW. Setelah beberapa saat berlalu ia melihat masjid sedang kosong, maka ia pun masuk ke sana dan segera menunaikan shalat.
Tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dari salah satu kamarnya, kemudian shalat dengan singkat. Khawat pun memperpanjang shalatnya dengan harap Beliau akan pergi dan meninggalkannya. Lalu Beliau bersabda, “Panjangkanlah (shalatmu) sesukamu, hai Abu Abdullah. Aku akan terus di sini hingga kamu pergi.” Dalam hati Khawat ra berkata, “ Demi Allah, sungguh aku meminta maaf kepada Rasulullah SAW dan menyenangkan hati beliau (selesai shalat).”
Ketika beliau bertanya, “Assalamu ‘alaik, hai Abu Abdullah, bagaimana kabar untamu yang lepas?” Khawat pun menjawab, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, unta tidak pernah lepas sejak aku masuk Islam.” Lantas beliau bersabda, “Semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu.” Setelah itu beliau tidak pernah lagi membahas tentang unta tersebut. (HR. Ath-Thabrani, al Mu’jamul Kabir: 4/203)