Sabtu 28 Oct 2017 11:25 WIB

IPPNU: Indonesia Rumah Besar Islam

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, membuka Konferensi Besar Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Asrama Haji Yogyakarta, Sleman, DIY, Jum'at (27/10).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, membuka Konferensi Besar Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Asrama Haji Yogyakarta, Sleman, DIY, Jum'at (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Puti Hasni mengingatkan, Indoneisa merupakan rumah besar Islam seantero dunia. Karenanya, ia meminta segenap umat Islam menjaganya dari berbagai ancaman, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.

"Radikalisme beragama tantangan utama, tantangan rumah besar Islam, sebab Indonesia merupakan rumah besar Islam yang harus dirawat," kata Puti saat membuka Konferensi Besar IPPNU di Asrama Haji Yogyakarta, Jum'at (27/10).

Untuk itu, ia meminta generasi muda serius dalam aktivitas-aktivitas yang unggul, sehingga bisa benar-benar berkontribusi bagi bangsa Indonesia. Terlebih, Indonesia akan menghadapi bonus demograsi beberapa tahun yang akan datang yang akan membuat tantangan semakin deras.

Puti menimbau, generasi muda agar dapat mempersiapkan diri agar tidak cuma jadi penonton saat bonus demograsi itu benar-benar dijalani Indonesia. Termasuk, memperjuangkan generasi perempuan Indonesia agar dapat bersaing tidak cuma regional melainkan tingkat dunia.

"Pegang konsep Nahdlatul Ulama, menjaga warisan masa lalu yang baik dan mengambil masa baru yang lebih baik," ujar Putri.

Senada, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Maksum Machfoedz mengingatkan, radikalisasi merupakan subtansi besar keprihatinan PBNU saat ini. Karenanya, tantangan itu harus dilawan dengan inklusifitas dan toleransi seperti yang telah diajarkan pendiri-pendiri NU.

Untuk itu, ia mengimbau kepada segenap umat Islam agar tidak perlu lagi mengkafir-kafirkan atau membid'ah-bid'ahkan sesamanya. Menurut Maksum, yang terpenting saat ini kita meyakini kebenaran dan petunjuk Allah SWT, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Karena kalau sudah NU, Pancasila adalah keharusan," kata Maksum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement