Selasa 05 Sep 2017 03:33 WIB

Hakeem Heinz: Islam, Cara Terbaik Menjalani Hidup

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto:

Persepsi publik pada saat itu memengaruhi bagaimana Heinz memandang Islam yang kerap menjadi sorotan dan kebencian sebagian masyarakat. Islamofobia membuat dirinya harus menunjukkan Islam dengan sangat hatihati. Heinz ketika itu, belum mampu merasakan nikmatnya berislam. Dia masih harus beradaptasi dengan syariat yang mengaturnya un tuk menjauhi segala yang diharamkan, tapi biasa dikonsumsi masyarakat sekitarnya.

Selain itu, dia juga harus belajar bahasa Arab. Kebiasaannya membaca huruf latin mem buatnya harus berusaha keras untuk memahami satu per satu huruf Arab dan penggunaannya dalam kalimat. Hal tersebut dilaku kannya untuk mampu membaca Alquran, kitab berisikan firman Ilahi yang menjadi rujukan semua umat Islam.

Membaca surah dalam Alquran adalah keharusan karena menjadi syarat sahnya shalat lima waktu yang dia kerjakan. Ketika anak-anak, dia hanya membaca satu per satu surah pendek, tanpa mengetahui apa makna yang terkandung di dalamnya.

Bertahun-tahun dia menjalani kebiasaan itu. Perlahan namun pasti, Islam menjadi jalan hidupnya. Dia mempertanyakan apa itu hidup, mengapa dirinya diciptakan, dan banyak lagi pertanyaan seputar keberadaannya dilontarkan. Jawaban itu ditemukan sepanjang pencariannya tentang kebenaran Islam.

Saat ia melewati pergolakan masa remaja, makna pesan Islam mulai menyentuh hatinya dan menjadi semakin dapat diterima olehnya. Dia juga mulai mengerti apa arti Islam dalam hidupnya dan saat dia belajar lebih banyak. Dia menganggap Islam sebagai jalan yang benar.

Persepsi ini tidak berubah sampai usianya sekitar 14 tahun. Pada usia ini, dia mengubah cara mempraktikkan Islam dan bagaimana dia mempresentasikan agamanya kepada orang lain. Hal ini terjadi setelah dia melakukan perjalanan ke Belanda dan Spanyol. Perjalanan itu sangat penting karena ada kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan mempraktikkan ibadah bersama umat Islam lainnya.

"Ada komunitas Muslim minoritas di mana saya berada di Spanyol, tapi mereka dihormati dan beberapa pemuda dari kelompok usia saya sangat tertarik pada agama. Hal ini membuat saya tidak lagi merasa malu. Banyak pemuda memeluk Islam dan ini membuat saya merasa bangga. "

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement