Selasa 05 Sep 2017 02:26 WIB

Puluhan Ribu Muslim Rohingya Terjebak di Perbatasan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).
Foto: Antara/Willy Kurniawan
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID,BANGLADESH -- Puluhan ribu pengungsi Rohingya terjebak di perbatasan menuju Bangladesh. Mereka terjebak karena tidak memiliki makanan, dan obat-obatan. Mereka melarikan diri dari Rakhine, untuk menghindari operasi militer tentara Myanmar.

Laporan CNN mengungkapkan, foto satelit yang dirilis oleh Human Right Watch pada Sabtu (2/9) kemarin menggambarkan suasana di mana Muslim Rohingya itu ingin meloloskan diri dari pembantaian tentara Myanmar. Lantaran, seluruh rumah di kampung mereka dibakar habis, dan mereka pun bentrok dengan tentara Myanmar.

Para Muslim Rohingya itu, karena tidak bisa menyeberangi sungai Naf untuk menuju Bangladesh dan takut kembali ke kampungnya, terdampar di antara kota-kota Maungdaw dan Rathedaung. Dua kota ini berada di bagian barat Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

"Kehidupan manusia yang paling rawan ini harus segera diselamatkan sesegera mungkin," kata Direktur Eksekutif Jaringan Hak Asasi Manusia Burma, Kyaw Win, seperti dilansir CNN, Senin (4/9).

Dalam video yang diberikan aktifis HAM kepada CNN, puluhan pria, wanita, dan anak-anak terdampar di kawasan pegunungan yang dikelilingi hutan belantara. Para pengungsi Rohingya ini tinggal di tempat penampungan darurat berbahan kayu dan lembaran-lembaran untuk dijadikan alas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa ada sekitar 73 ribu warga Rohingya yang telah melintasi perbatasan menuju Bangladesh sejak 25 Agusutus lalu. Namun, dalam laporan CNN, disampaikan bahwa di negara bagian Rakhine Utara setidaknya ada sekitar 30 ribu orang Rohingya yang terperangkap di kawasan bebukitan tanpa setok makanan, air dan obat-obatan.

Laporan tersebut juga menyebutkan, para pengungsi yang terperangkap hanya sebagian dari sekitar 100.000 orang Rohingya yang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak 25 Agustus lalu,m,  yakni saat di mana militer Myanmar mengusir warga Rohingya. Pemerintah Myanmar berdalih dengan menyalahkan kelompok militan Rohingya yang lebih dulu memulai kekerasan. Militan Rohingya membunuh 12 petugas keamanan dalam sebuah serangan dua pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement