Selasa 22 Aug 2017 11:36 WIB

Menjadi Anak yang Berbakti

Mendidik Anak (ilustrasi)
Foto: ROL/Agung Sasongko
Mendidik Anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung

 

Dahulu, seorang lelaki mengeluh kepada Umar bin Khattab RA karena perilaku anaknya. Umar pun murka kepada anak itu. Lalu, anak itu bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, adakah anak berhak atas ayahnya?" Khalifah menjawab, "Ya, benar." Lalu anak itu kembali bertanya, "Apakah itu?" Umar menjawab, "Memilih ibu yang salehah, memberi nama yang baik, dan mengajarkan Kitab suci Alquran."

Anak itu berkata, "Ayahku tidak menunaikan itu. Ibuku seorang budak hitam yang sebelumnya bersuamikan orang Majusi. Aku diberi nama Ju'al (kura-kura hitam) dan belum pernah diajari Alquran satu huruf pun." Lalu, Umar menoleh kepada lelaki itu, "Engkau mengeluh akan kedurhakaan anakmu, padahal engkau lebih dahulu durhaka kepadanya sebelum ia durhaka kepadamu."

Sejatinya, seorang anak dilahirkan fitrah (suci) dan hanif (condong pada kebaikan). Namun, dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya (HR Bukhari).

Ada empat kesalahan yang mungkin dilakukan orang tua yang menyebabkan anak tak pandai berbakti. Pertama, salah memilih istri. Membangun keluarga diawali dari memilih calon istri untuk menjadi ibu bagi anaknya.

Karena itu, Nabi SAW mengingatkan calon suami agar memilih istri yang beragama dan berakhlak terpuji, bukan karena kekayaan, kecantikan, dan keturunan (HR Bukhari). Hendaknya pula memilih istri yang mumpuni sebagai wadah benih atau nutfahnya.

Kedua, salah mengasuh anak. Ketika anak lahir, seorang ayah menyambut dengan azan dan iqamah, lalu memberinya nama yang baik (HR Muslim). Mengasuh atau mendidik itu bagai menanam pohon. Dituntut ketulusan sang penanam, bibit unggul, lahan subur, pengawasan, pupuk, serta suasana kondusif. Pendidikan utama adalah tauhid (QS 31:13, 2:133) dan shalat (HR Abu Dawud).

Ketiga, salah memberi makan. Makanan itu berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Orang tua wajib mencari rezeki yang halal dan baik (QS 2:168, 5:88). Rezeki yang diperoleh dari korupsi, menipu, dan ribawi akan berdampak pada karakter anak dan tidak akan berkah, malah menimbulkan petaka (QS 2:188, 3:130). "Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih berhak terhadapnya." (HR ath-Thabrani).

Keempat, salah mengabdi kepada orang tua. Allah SWT menyuruh berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain). Kedudukan mereka begitu mulia di sisi Allah SWT (QS 4:36, 17:23-15).

"Berbaktilah kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak akan berbakti kepada kalian." (HR ath- Thabrani). Ketika seorang anak menggugat ibunya ke pengadilan, seperti kisah Ibu Fatimah di Tangerang dan Ibu Siti Rohayah di Garut, maka lihat apa yang akan dilakukan oleh anaknya nanti.

Betapa pun, orang tua tetap memaafkan dan mendoakan anaknya (QS 64:14). "Bukan ibu salah mengandung, bukan pula ayah salah mendayung, tapi anak yang tak tahu diuntung." Semoga Allah SWT menolong kita mendidik mereka menjadi anak yang berbakti. Amin. Allahu a'lam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement