REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan sebagian umat Islam banyak yang melakukan itikaf di masjid. Saat melaksanakan itikaf disarankan untuk meninggalkan termasuk tidak memikirkan hal-hal yang duniawi.
"Yang penting niat terlebih dahulu untuk itikaf, niat untuk mempertajam spiritualitas pada diri masing-masing," kata Pakar Ilmu Tafsir dan Hukum Islam, Prof KH Ahsin Sakho Muhammad kepada Republika.co.id, Jumat (16/6) malam.
Dia mengatakan, saat melakukan itikaf, tinggalkan semua pemikiran tentang dunia yang biasanya ada dalam pikiran manusia sehari penuh. Artinya, saat melaksanakan itikaf tidak usah membuka handphone karena urusan dunia ditinggalkan semua.
Melaksanakan itikaf, kata dia, bisa dimulai dengan melaksanakan shalat sunah setelah tarawih. Kemudian melaksanakan tadarus dan berzkiri. Bisa zikir qalbu, bisa juga dzikir lisan. Menurut Alquran, orang yang berakal adalah orang yang selalu ingat dengan Allah. Berdzikir merupakan salah satu cara mengingat Allah. "Mengingat Allah, mengingat sifat-sifatnya, sambil direnungi arti sifat-sifat Allah," ujarnya.
Kiai Ahsin menceritakan, Rasulullah setiap tahun melakukan itikaf sepuluh hari di masjid. Tapi, tahun Rasulullah wafat, beliau melakukan itikaf 20 hari.
Untuk itu, umat Islam sebaiknya melakukan itikaf di masjid. Sebab, kalau melakukan itikaf di rumah akan banyak gangguannya. Ada anak, televisi dan lain sebagainya.
Menurutnya, saat melaksanakan itikaf yang terpenting adalah konsentrasinya. Itikaf di masjid akan lebih mudah fokus dibanding di rumah. Kecuali tempat tinggalnya jauh dari masjid dan memiliki kamar khusus, maka tidak masalah melaksanakan itikaf di rumah.
Kiai Ahsin menambahkan, melakukan itikaf termasuk sunah. Jadi boleh saja melakukannya di rumah asalkan niatnya benar dan fokus. "Itikafnya di rumah saja, membaca Alquran di rumah saja, itu tidak apa-apa. Tapi, kalau di masjid akan lebih afdol lagi," ujarnya.