Jumat 26 May 2017 15:47 WIB

Jamie Fletcher: Saya Ingin Sepenuhnya Tunduk kepada Allah

Mualaf (ilustrasi)
Foto:
Alquran

Jaime pun menganggapnya aneh. Apalagi, hal yang dilakukannya itu, menurutnya, hanyalah rutinitas pemuda pada umumnya. Ia pun bertanya pada temannya yang Muslim tersebut, “Apa maksudmu?”

Lalu temannya menjawab, “Aku tak percaya masih melakukan hal ini setelah pergi ke Makkah.”

Jaime makin penasaran, “Apa itu Makkah?” tanyanya.

“Itu adalah rumah Tuhan,” jawab teman asal Mesir itu.

 

“Aku telah mempelajari beragam agama dan filsafat, tapi tak tahu kalau Allah memiliki rumah,” kata Jaime.

“Tidak, tempat itu dibangun oleh Ibraham dan Ismail,” jawab temannya kemudian menjelaskan singkat.

Percakapan tersebut pun kemudian membuat Jaime sangat penasaran. Ia segera mencari tahu apa itu Baitullah, siapa itu Ibrahim dan Ismail. Setelah mengetahui bahwa keduanya merupakan utusan Allah, Jaime menghubungi temannya lagi. Dari istulah teman lamanya itu pun mengatakan Islam adalah agama yang benar dari Allah. Tak puas, Jaime terus menanyakan perihal Islam lebih banyak lagi. Tapi, teman Jaime enggan menjawab.

“Aku bertanya lagi dan dia mengatakan dia bukanlah orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dia bilang, aku bisa berbincang dengan ibunya. Ibunya seorang mantan biarawati Kristen di Italia yang menjadi seorang Muslim,” ujar Jaime mengisahkan pengalamannya kali pertama merasakan penasaran yang sangat pada sebuah agama.

Maka, pergilah Jaime menempuh perjalanan menemui ibu temannya tersebut. Dari pertemuan tersebut, Jaime mendapatkan mushaf Alquran. “Ketika mempelajarinya, aku menyadari bahwa Islam lah yang selama ini aku cari. Semakin mempelajarinya, kehidupanku menjadi makin jelas,” kata Jaime.

Ia pun kemudian ingin lebih jauh memahami Islam. Membaca Alquran saja, menurutnya, tak cukup memberikan pemahaman sempurna. Ia pun pergi ke masjid dan mengikuti pengajian tafsir Quran. Ia ingin tahu, apakah Alquran tak pernah berubah. Sekitar setahun, Jaime yang belum menjadi Muslim itu rutin menghadiri kajian tafsir.

Akhirnya, aku menemukan bahwa semakin banyak belajar Islam, semakin jauh membawaku pada realitas bahwa aku tak dapat hidup berbekal kecerdasan sendiri,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement