Rabu 10 May 2017 18:13 WIB

Marc Springer: Islam Hilangkan Kebingunganku

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Suatu hari, Marc meninggalkan rumah ketika ayahnya bersikap semakin kasar. Di usia yang ke-23 tahun, ia tak lagi merasakan kenyamanan, sehingga memutuskan pergi dan meninggalkan teman-temannya yang berperilaku buruk.

Marc mulai menyadari ada yang salah dengan hidupnya. Di titik inilah, Marc mempertanyakan tujuan hidupnya, termasuk soal agama. Kemudian, dia mengambil sikap untuk mengevaluasi seluruh hidupnya. "Semangat saya dalam membaca menjadikan tumpukan buku sebuah perpustakaan kecil dengan seribu jilid, seluruh buku Kant, Descarte, hingga Ramadan dan Edward," jelas dia.

Marc lalu menikah dengan seorang perempuan yang juga pernah menjadi anggota rasis Skinhead. Ia pun harus berhati-hati saat berbincang dengannya terkait dengan pemikiran baru Marc.

Saat terjadi intifadah di Palestina, ia mulai memahami ayahnya rasis dan anti-Semit, tetapi anehnya mendukung Israel. Marc kemudian berpikir ayahnya memang membenci Yahudi dan mereka yang nonkulit putih, tetapi sang ayah membenci orang Arab lebih dari orang Yahudi, jadi karena itulah ia mendukung Israel.

Kemudian, Marc memutuskan mempelajari lebih jauh perjuangan di Timur Tengah. Ia mulai membaca buku sejarah Timur tengah dan politik di wilayah tersebut.

Marc mengalami masalah saat memahami sejarah dan politik Timur Tengah karena tidak memahami Islam. Meski ia pernah ke gereja, ia tak memiliki landasan kuat sebuah agama.

Ayahnya yang mengajarkan kebencian terhadap Islam menjadikan Marc tumbuh dengan kebenciannya tanpa tahu apa arti Islam atau agama yang diyakini Muslim. Ia juga tak pernah bertemu Muslim dalam hidupnya.

Marc mencari tahu Islam melalui internet. Selain internet, ia menggunakan buku untuk membantunya memahami dasar-dasar Islam dan sejarahnya. Saat itu, Marc tinggal di Washington dan tidak mengetahui adanya komunitas Muslim. Tak lama, ia dan istrinya pindah ke Inggris Karena faktor pekerjaan sang istri.

Setelah di Inggris, Marc berhenti mendalami Islam. Ia kemudian mulai menjelajah seluruh Eropa. Namun, satu waktu, ia kembali tertarik dengan Timur Tengah dan situasi politik di sana saat berada di sebuah negara dengan komunitas Muslim yang terbentuk lama dan menetap. Walaupun, kota tempat tinggalnya tak ada komunitas Islam.

Ia kembali membaca dan bersungguh-sungguh mempelajari keyakinan, ideologi, dan sejarah Islam serta membaca Alquran. Setelah mempelajari Islam, Marc takjub dan banyak dalam Islam menjawab keraguan dan tanda tanya besar yang selama ini menggelayut di pikirannya. Sebut saja, soal tuhan memiliki anak dan konsep dosa. Ia melihat, ada ketidakadilan dalam keyakinan di agamanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement