Sabtu 22 Apr 2017 00:01 WIB

MUI Pantik Keberanian Muslim untuk Membuka Usaha

Rep: Fuji EP / Red: Reiny Dwinanda
Bisnis busana Muslimah semakin semarak menjelang dan selama Ramadhan. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Bisnis busana Muslimah semakin semarak menjelang dan selama Ramadhan. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Panitia Kongres Ekonomi Umat, KH Fikri Bareno, menyadari ketimpangan ekonomi masih terus melanda masyarakat Indonesia. Jurang antara yang kaya dan miskin terus melebar. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil kajian Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kiai Fikri menjelaskan MUI tidak melarang orang menjadi kaya. "Kami hanya menginginkan umat Islam yang jumlahnya terbesar di negeri ini bisa bangkit dari keterpurukannya," ujar KH Fikri kepada Republika.co.id di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (21/4).

Ada sejumlah persoalan yang menghambat masyarakat untuk bisa memperbaiki taraf kehidupannya. Kiai Fikri mengatakan kelemahan umat Islam di Indonesia sudah terpetakan. Ia mengungkapkan saat ini masih banyak orang yang kurang bersemangat, kurang berusaha, dan etos kerjanya rendah. 

Melalui Kongres Ekonomi Umat sepanjang 22-24 April, MUI bersama para pakar akan membahas pemecahan sejumlah masalah tersebut. Kiai Fikri berharap nantinya akan muncul semangat mau berusaha dan etos kerja masyarakat dapat ditingkatkan. "Semangat umat harus dipantik agar lebih mau bekerja ketimbang berpangku tangan," ujarnya.

Kongres Ekonomi Umat juga akan mendorong masyarakat supaya berani membuka usaha. Kiai Fikri memaparkan berdasarkan hasil penelitian terungkap negara yang maju ekonominya sebanyak tiga persen penduduknya adalah wirausaha. 

Faktanya, di Indonesia, jumlah penduduk yang berwirausaha masih sangat minim. Kiai Fikri pun berharap kemajuan ekonomi secara nasional akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya warga yang berwirausaha. 

Selain itu, MUI juga berharap pemerintahnantinya akan mengeluarkan kebijakan yang bisa memperbaiki persoalan kesenjangan ekonomi dan sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement