REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar, menilai bahwa hubungan Indonesia-Arab Saudi dapat mengubah citra Islam di duna internasional. Ia menilai, dunia Barat jangan hanya mendengar cerita tentang Islam yang identik dengan kekerasan.
"Ini babak baru dalam hubungan Indonesia-Arab Saudi, Arab Saudi dengan dunia luar, bahwa sekarang Arab Saudi lebih ke Timur. Ini juga momentum baru mengubah citra Islam di dunia," kata dia dalam diskusi 'nvestasi dari Lawatan King Size di Jakarta, Sabtu (4/3).
Dewi menyebut, selama ini hubungan Indonesia-Arab Saudi hanya fokus pada isu agama dan tenaga kerja. Sehingga, ia beranggapan, dengan penandatanganan 11 nota kesepahaman pada Kamis (1/3) lalu dapat memajukan kerja sama di segala bidang, khususnya melalui ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
"Sehingga kita harap, era Islam yang tercerahkan tentang kemajuan di bidang iptek, informasi dan politik. Semoga di mulai dengan ini," ujar dia.
Dewi mengapresiasi keingainan raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud untuk memajukan Islam yang moderat saat berkunjung ke Jakarta. Menurutnya, hal itu merupakan momentum bagi Indonesia untuk majukan Tanah Air sebagai pusat peradaban Islam yang baru. Apalagi, saat ini tengah dibangun universitas Islam bertaraf internasional.
"Ini menampilkan pandangan terhadap Islam yang berbeda. Ingin menunjukkan hubungan Islam dengan politik yang modern, bukan hanya kompatibel. Sehingga saya berharap dengan Arab datang ke sini, ikut mencerahkan," kata dia.
Ia mengingatkan, Nabi Muhammad SAW adalah pedagang. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja dan beribadan seolah akan hidup 1.000 tahun lagi. Sehingga, Dewi meyakini, lawatan Kerajaan Arab Saudi merupakan momentum baik untuk mewujudkan wajah Islam yang baik untuk menyelesaikan persoalan dinamika global yang sedang mengalami masalah.
Baca juga, Pertemuan Raja Salman dan Tokoh Lintas Agama, Ini Komentar Din.