Jumat 03 Mar 2017 22:03 WIB
Runtuhnya Khalifah Utsmani

Membebaskan Konstantinopel Puncak Kesuksesan Khalifah Utsmani

Istanbul, Turki
Foto: IST
Sultan Muhammad Al Fatih

Ketika memasuki gerbang Kota Konstantinopel, sembari mengagumi dan bersyukur, Sultan yang menguasai enam bahasa itu berucap, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kemenangan yang gemilang ini. Akan tetapi, aku juga berdoa kepada-Nya agar Dia mengizinkanku hidup lebih lama lagi untuk mengepung dan menaklukkan Roma Lama sebagaimana aku memiliki Roma Baru (Konstantinopel).”

Sultan menyampaikan pesan kepada tentaranya untuk tidak membunuh anak-anak dan perempuan serta melindungi masyarakat agar diberlakukan dengan baik dan lemah lembut. Ia memberikan toleransi dan kebebasan kepada siapa pun yang ingin tinggal di kota tersebut.

 

Bahkan, ketika memasuki Hagia Sophia yang sudah dipenuhi rakyat Konstantinopel, Ia berkata, “Jangan khawatir. Mulai sekarang, harta dan nasib kalian menjadi bagian dari kami (umat Muslim). Kalian bebas untuk hidup sesuai keimanan kalian.”

 

Hagia Sophia kemudian menjadi masjid dan menjadi Shalat Jumat pertama umat Muslim di Konstantinopel. Al Fatih juga mengubah nama Konstantinopel menjadi Islambul yang berarti kota Islam. Tetapi Mustafa Kemal Attaruk mengganti menjadi Istanbul dan nama itu lebih dikenal hingga sekarang.

 

Konstantinopel pun dibangun Al Fatih dengan gaya Eropa dan Arab. Salah satu bangunan yang dibangun Al Fatih adalah Istana Topkapi yang menjadi simbol kedamaian Islam.

Usai menaklukkan Konstantinopel, Al Fatih tidak berpuas diri. Penaklukkan demi penaklukkan terus dilakukan ke wilayah Eropa. Target utamanya adalah Roma, kota kedua yang dijanjikan Rasulullah akan dibebaskan umat Islam setelah Konstantinopel. Kegigihan Al Fatih itu menggetarkan para pemimpin wilayah-wilayah Eropa. Pada 1470, Al Fatih sudah menderita sakit radang sendi. Muhammad Al Fatih pun menutup usia pada 3 Mei 1481 di usia 49 tahun.

 

Wafatnya Al Fatih menjadi kabar gembira untuk seantero Eropa. La grande aquila e morto (elang perkasa sudah mati), bunyi surat yang disampaikan ke Roma. Ia pun digantikan anak tertuanya, Bayezid II. Selama pemerintahannya, Bayezid II menguatkan Kekaisaran Ottoman dan menggagalkan Pemberontakan Safawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement