Jumat 24 Feb 2017 10:27 WIB

Perjuangan Menegakkan Eksistensi Islam di Israel

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Israel
Foto:
Gadis Yahudi Muslim di Israel (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan kata lain, Israel semestinya tidak diasosiasikan sebagai negara Yahudi, tapi juga negara yang dihuni warga Arab dengan hak-hak dan pengakuan setara. Mereka pun hendaknya diperkenankan memiliki sistem pendidikan dan budaya sendiri, demikian pula rumah sakit ataupun universitas.

Sungguh, hal itu merupakan perjuangan yang berat. Mengingat, penduduk Israel hanya menganggap warga Arab Israel sebagai warga negara dan bukan bagian dari bangsa Israel. Warga Arab Israel, termasuk yang beragama Islam, dinilai bukan sebagai partner dalam aspek nasional.

Karena itulah, sejak dua dekade terakhir, terbangun identitas nasional yang 'baru' bagi mereka. Sebagian besar penduduk Muslim Israel lantas mengidentifikasi diri sebagai 'warga Palestina di Israel'. Istilah ini lebih berasosiasi pada kedekatan wilayah. Adapun hubungan dengan Israel menjadi sebatas 'teknis semata'.

Sehingga, kondisi ini setidaknya bisa menjelaskan mengapa warga Muslim tidak bergabung dalam Israel Defence Force (IDF) ketika banyak warga minoritas yang ikut serta?

Meski begitu, mereka masih bisa aktif di bidang lain. Ini disebabkan warga Muslim sebagai warga negara yang memperoleh hak sipil, seperti memberikan suara pada pemilu lokal dan nasional, punya perwakilan di Knesset (parlemen), pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan menengah, kebebasan berserikat dan berpendapat, serta penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa mereka.

Tapi, bagaimana dalam keseharian? Tetap saja warga Muslim termarjinalkan. Pada bidang ekonomi, mereka lebih banyak merupakan warga miskin, sedikit mendapat peluang bekerja di kantor pemerintahan dan swasta, diberikan standar penilaian tes yang berbeda di sekolah, dan sebagainya.

Tapi, mereka masih punya kesempatan, terutama lewat wakilnya di parlemen, mereka berusaha mewujudkan masa depan yang lebih cerah. Ini terlihat ketika berlangsung pemilu beberapa waktu lalu. Pada saat itu, sejumlah partai Arab bersatu menghadapi partai sayap kanan yang bersikap anti-Arab.

Warga Muslim pun memberikan dukungan penuh kepada Dr Ahmad Tibi, anggota Knesset (parlemen Israel) dan pemimpin gerakan orang Arab bagi perubahan di Israel, yang telah banyak berjuang bagi perubahan nasib warga minoritas.

Ia, misalnya, berperan meloloskan produk legislatif bagi pembangunan wilayah permukiman Arab di Israel yang sebagian besar miskin. Karena itu, peran Dr Tibi untuk mengangkat derajat warganya kembali diharapkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement