Rabu 18 Jan 2017 17:45 WIB
Belajar Kitab

Al-Badr Ath-Thali, Sisi Humanis dari Autobiografi

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Kitab Kuning
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dikenal ahli ibadah dan ahli ilmu, Ibrahim tetap mendisiplinkan diri sebagai pribadi yang mandiri. Ia tidak menggantungkan hidupnya dari popularitasnya. Ia menyibukkan diri dengan berdagang. Gelimang harta tak membuat dirinya lupa.

Ia tetap istiqamah menjalankan puasa tiap hari, kecuali Idul Fitri, Idul Adha, dan hari tasyrik. Bukanlah seorang zuhud itu yang mempunyai segala sesuatu, tetapi seorang zuhud tak memiliki apa pun, demikian salah satu petuah bijak yang diriwayatkan darinya. Ia meninggal pada 793 Hijriyah.

Sedangkan, pada pengujung kitab ini, as-Syaukani menutup dengan pembahasan biografi Yusuf bin Ali al-Hamatha al-Yamani. Ahli agama, seorang yang zuhud, meninggalkan kampung halamannya di al-Hamiya menuju sejumlah kota, seperti Kota Zabid, Makkah, demi menimba ilmu dari para ulama. Sepulang dari belajar di tanah orang, ia kembali ke Yaman.

Ia dikenal dengan sikap tegasnya. Penguasa ketika itu, yaitu al-Qasim bin Muhammad menunjuknya sebagai polisi syariah urusan jihad dan antikemungkaran. Ia juga sosok dengan pendirian yang kuat. Ia terlibat dalam perlawanan fisik melawan orang-orang Turki hingga akhirnya harus mendekam dipenjara.

Ia dijebloskan di penjara yang berada di kompleks Istana Sanaa. Pada 1007 Hijriyah ia menghembuskan napas terakhir dan meninggal syahid akibat racun yang dimasukkan ke dalam makanannya saat masih berada di penjara. Makamnya terletak di selatan benteng Sanaa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement