Rabu 11 Jan 2017 16:56 WIB

Di Balik Musibah, Syarif Tanudjaya Temukan Cinta Allah

Rep: c84/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto:
Ketua PITI DPW DKI Jakarta, HM Syarif Tanudjaja (tengah berpeci).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Komitmen Syarif untuk mendalami agama Islam makin kuat saat bergabung dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) DKI Jakarta pada tahun 1980. Sekarang namanya telah diganti menjadi Pembina Iman Tauhid Indonesia (PITI). Di lembaga ini, ia berinteraksi dengan saudara Muslim Tionghoa. Ia pun menemukan berbagai masalah yang dialami komunitasnya, terutama stigma buruk sebagian masyarakat tentang kaum Tionghoa.

  "Solusi permasalahan ini adalah membaur serta mengadakan asimilasi dengan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal kita,'' katanya. Sayangnya, selama ini, belum ada institusi yang menangani permasalahan mualaf secara serius. Maka, sejak tahun 2006, Syarif memelopori berdirinya perkumpulan Muslim Tionghoa dan Keluarga (Mustika).

Awalnya, Mustika mewadahi berbagai kegiatan yang melibatkan etnis Muslim Tionghoa. Di antaranya, memberikan pemahaman dasar tentang Islam, memberikan konsultasi yang berhubungan dengan Islam dan Tionghoa, serta mengadakan pembinaan yang berkesinambungan untuk mualaf.

Saat ini, tercatat sekitar 10 hingga 15 keluarga besar Muslim Tionghoa yang bergabung. Rata-rata mereka berdomisili di Jabodetabek. Bersama rekan-rekannya, ia melakukan pembinaan anggota dengan memperkuat kualitas penyerapan ajaran Islam. Menurut dia, warga Muslim Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang strategis. Sebab, kelompok ini telah membaur dengan warga lainnya sehingga bisa menjembatani berbagai pandangan negatif tentang etnis Tionghoa di Indonesia.

Karena itu, Syarif selalu menanamkan nilai-nilai toleransi ke jiwa tiap anggota Mustika dalam setiap sesi diskusi. Lalu, pemberdayaan dilakukan dengan mengajarkan syariat keislaman yang benar serta menjalankannya dengan istiqamah (teguh pendirian). Yang terpenting, lanjut Syarif, umat Muslim Tionghoa perlu motivasi untuk meyakini diri sendiri sebagai pribadi Muslim seutuhnya. ''Jadi, meskipun dalam perjalanan mencari ilmu keagamaan banyak menemui berbagai aliran dalam ajaran Islam, hal itu tidak lantas membuat perpecahan antaranggota Mustika,'' katanya.

Syarif yang kini menjabat sebagai ketua umum PITI DKI Jakarta menekankan kepada anggotanya bahwa agama Islam itu bersifat rahmatan lil alamin. Ia yakin, segala sesuatu yang diciptakan Allah pasti mengandung hikmah dan nilai positif di balik penciptaan tersebut.

''Makin disayang kita oleh Allah maka makin besar pula ujian yang diberikan. Karena itu, kita sebagai hamba-Nya tak perlu khawatir dengan berbagai kesulitan. Sebab, semua itu adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan, Allah tidak akan memberikan beban yang lebih besar di luar batas kemampuan hamba-Nya,'' katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement