Rabu 11 Jan 2017 16:56 WIB

Di Balik Musibah, Syarif Tanudjaya Temukan Cinta Allah

Rep: c84/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto:
Allah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam proses pencarian jawaban tentang musibah itu, Syarif mencari perbandingan dengan agamanya terdahulu. Menurut dia, konsep ketuhanan di agamanya serta agama lainnya tak berbeda dengan konsep dalam agama Islam, yakni menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Ada satu hal lain yang ia temukan dalam ajaran Islam. Dalam setiap aktivitas, seorang Muslim melakukannya atas dasar karena Allah. Sehingga, berbagai masalah yang menderanya merupakan kehendak (iradah) Allah. Dan, Allah pasti akan memberikan jalan keluar ataupun pembelajaran di tiap fase kehidupan yang dilalui.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, tekad Syarif untuk menjadi seorang Muslim makin menguat. Sebab, istrinya, Vera Pangka, yang saat itu menjadi kekasihnya memberi dukungan. ''Jika kamu yakin untuk masuk Islam, masuklah. Asal jangan karena ikut-ikutan,'' ujar Syarif menirukan perkataan Vera kala itu. Dipimpin sang guru agama, Erwin Saman, akhirnya Syarif Tanudjaya yang sebelumnya bernama Tan Lip Siang mengucapkan dua kalimat syahadat pada medio Juli 1975.

Belum menjadi seorang Muslim, ujian yang diterima Syarif makin menguat. Saat menikahi Vera Pangka, sang mertua belum mengetahui jika Syarif bukan seorang penganut Kristen lagi. Maka, Syarif yang tinggal di rumah mertua melaksanakan ibadahnya secara diam-diam. ''Tapi, saya salut pada Ibu Vera (istri -Red). Meskipun ia masih memeluk agama Kristen, ia bersedia menyiapkan segala kebutuhan ibadah saya,'' ujar Syarif.

Syarif pun terus memanjatkan doa agar sang istri dan mertuanya dilembutkan hatinya agar mau menerima kondisinya saat itu. Delapan tahun setelah menjadi Muslim, sang istri pun diberi hidayah untuk memeluk agama Islam. Sang mertua juga mau menerima keputusan tersebut. Rumah tangga mereka pun makin mantap menjalankan ajaran Islam.

Ia pun mengajarkan putra putrinya untuk belajar Islam. Uniknya, kendati sudah menyatakan diri menjadi Muslim, Syarif masih memasukkan anak-anaknya ke sekolah Kristen. Namun, untuk memperdalam agama, ia memasukkan ketiga anaknya ke madrasah saat sore hari. "Saat itu, untuk mendapat pendidikan terbaik adalah di sekolah Kristen. Namun, saya harus memperkuat pendidikan agama anak-anak saya dengan memasukkan mereka ke madrasah," kataSyarif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement