Rabu 04 Jan 2017 17:10 WIB

Dua Kunci Majukan Perguruan Tinggi Agama Islam

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Kampus UIN Maliki Malang (ilustrasi).
Foto: infopub.uin-malang.ac.id
Kampus UIN Maliki Malang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Dikti Litbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk memajukan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Dua hal tersebut di antaranya, sumber daya manusia (SDM) dan kurikulum.

Ketua Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Prof Lincolin Aryad Phd mengatakan, untuk memajukan PTAI perlu meningkatkan kualitas SDM. Keterbatasan SDM biasanya menjadi permasalahan umum di sebuah perguruan tinggi. Akibat keterbatasan SDM, dampaknya akreditasi menjadi kurang baik.

"Dengan akreditasi yang kurang baik, membuat masyarakat enggan untuk sekolah dan belajar di sana," kata Lincolin kepada Republika.co.id, Rabu (4/1).

Menurutnya, dari aspek pasar, masyarakat cenderung lebih menyukai fakultas yang umum. Di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah, Fakultas Agama Islam kurang diminati jika dibanding fakultas lainnya. Artinya, peminat Fakultas Agama Islam tidak sebanyak peminat fakultas umum yang lain.

Ia menjelaskan, kadang-kadang orientasi masyarakat ingin lebih mudah mendapat pekerjaan. Menurut mereka, fakultas-fakultas umum peluang mendapatkan pekerjaannya lebih terbuka ketimbang Fakultas Agama Islam.

Karena itu, selain memperbaiki kualitas SDM, perlu memperbaiki kurikulum agar lebih relevan. Kurikulum untuk PTAI selain ada unsur agamanya sebaiknya juga relevan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi.

"Mungkin PTAI itu bisa mengembangkan jurusan seperti ekonomi Islam dan perbankan syariah," ujarnya.

Menurutnya, kalau PTAI hanya menyediakan fakultas syariah dan tarbiyah saja nampaknya peminatnya akan semakin menurun. Seandainya tidak menurun pun peminatnya tetap tidak meningkat.

Di UIN misalnya, jurusan yang banyak peminatnya adalah ekonomi Islam dan ekonomi syariah. Sementara, beberapa prodi seperti usuluddin dan semacamnya peminatnya kurang. "Saya kira kiatnya harus mencari terobosan jurusan, bidang yang membuka peluang bekerja bagi masyarakat dan menarik. Kuncinya kurikulum, disamping itu SDM harus siap," jelasnya.

Ia menambahkan, pengembangan kualitas SDM yang utamanya. Sebab, SDM yang akan menjalankan kurikulum. Jadi, SDM dan kurikulum yang sebaiknya menjadi fokus perhatian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement