Ahad 11 Sep 2016 15:22 WIB

Abdullah Delancey: Alquran, Wahyu Kebenaran yang Indah

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto:
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhirnya, pada 24 Maret 2006, ia kembali datang ke masjid. Tepat sebelum Sholat Jumat, ia mengikrarkan dua kalimat syahadat. Dengan yakin, Delancey memutuskan memeluk Islam. Lalu, ia mulai aktif berkomunikasi dengan komunitas Muslim. Ia merasakan ketenangan yang luar biasa dan begitu mencintai agama barunya tersebut. ”Itu adalah hari terbaik dalam hidupku,” ungkapnya. 

Namun, cobaan dari Allah SWT segera datang sejak Delancey menjadi seorang Muslim. Orang-orang mulai menghindarinya. Mereka juga menertawakannya. Teman-teman Kristennya tak pernah berbicara kepadanya. Bahkan kedua orang tuanya, tak mengakui Delancey.

Namun, semua hal itu tak menjadi soal baginya. Ia suka menjadi seorang Muslim. Bahkan jika semua orang di Kanada menganggapnya aneh. Ia memang tak pernah keberatan dengan semua ini. Meski ada pertanyaan, “Mengapa kau diam saja diperlakukan seperti itu?”

Alasannya akan ia jawab sendiri kelak di hadapan Allah SWT setelah meninggal. Allah juga selalu memberinya kekuatan. Memberikan bantuan kepadanya dalam melewati masa-masa sulit. Ia sangat bersyukur dengan ini. Ditambah, ia mempunyai banyak saudara-saudara Muslim yang selalu berada di sampingnya dalam keadaan senang atau susah.

Secara hukum, Delancey mengganti nama depannya menjadi Abdullah. Nama yang sangat ia suka. Ia adalah satu-satunya Muslim yang mendapat kesempatan bekerja di rumah sakit di daerah tempat tinggalnya. “Semua berkat Allah,” katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement