Selasa 16 Aug 2016 12:00 WIB

KH Hasan Anwar Ulama dan Pejuang

Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur
Foto:
Suasana Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyaksikan hal itu, KH Hasyim Asy’ari kemudian memerintahkan para santrinya untuk segera menguburkan jenazah para perusuh itu dalam satu lubang. Dan sejak kejadian itu, KH Hasyim Asy’ari menjuluki dan memberinya nama Hasan Anwar, yang berarti lelaki yang baik hati dan selalu bercahaya dalam kegelapan.

Ia adalah santri generasi pertama di Tebu Ireng. Hasan Anwar juga berteman baik dengan Maksum (KH Maksum), pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang, Jateng. Di Ponpes Tebu Ireng, ia belajar berbagai ilmu pengetahuian agama, mulai dari fiqih, tafsir, nahwu, dan kitab-kitab lainnya.

Namun, di saat KH Hasyim berhalangan, dirinya menjadi badal (pengganti) KH Hasyim Asy’ari untuk mengajar santri dan rekan-rekannya. Sebelum mondok dan membantu di Pesantren Tebu Ireng, Hasan Anwar mondok diberbagai pesantren di Jawa Tengah.

Karena itu, tak heran ia banyak dimintai bantuan oleh KH Hasyim Asy’ari, termasuk saat KH Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Ia tinggal di Ponpes Tebu Ireng itu selama beberapa tahun. Selepas dari Tebu Ireng, Hasan Anwar melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Jesromo Lumajang, dan Cempaka di Surabaya di bawah asuhan KH Manshur.

Selepas dari kedua pesantren itu, Hasan Anwar meneruskan ke Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura, yang diasuh oleh KH Kholil. Tak kurang dari delapan tahun ia menuntut ilmu dan mengabdi di pesantren Bangkalan ini. Setelah itu, ia meneruskan pendidikannya di Tanah Suci, Makkah, selama lebih kurang tiga tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement