Selasa 16 Aug 2016 12:00 WIB

KH Hasan Anwar Ulama dan Pejuang

Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur
Foto:
Bendera Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebencian KH Hasan Anwar terhadap penjajah Belanda sudah memuncak. Ia tak tahan lagi melihat rakyat Indonesia dihina dan dijajah. Bersama santri-santri di Gubug, ia menyerang Belanda yang ingin kembali ke menjajah Indonesia, khususnya di Grobogan.

Belanda yang mengetahui maksud dari KH Hasan Anwar berusaha membujuk dan bekerja sama. Ajakan itu ditolaknya, dan Belanda pun marah. Mereka ingin menjeblos KH Hasan Anwar ke penjara. Karena tahu kalau dirinya akan ditangkap Belanda, ia pergi ke pondok pesantren di daerah Klambu.

Bersama sejumlah santrinya dan laskar fi sabilillah, KH Hasan Anwar menyusun kekuatan untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi yang sudah merdeka pada 17 Agustus 1945. Ratusan pasukan Belanda terbunuh. Sayang, kekuatan tidak seimbang. Pertempuran yang terjadi di dekat markas Belanda itu, beliau gugur bersama 19 orang laskar fi sabilillah. Beliau wafat sebagai syuhada dengan menyungging senyum. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia

menganugerahinya dengan gelar Pahlawan Pejuang Kemerdekaan. Namanya sangat harum hingga saat ini. Masyarakat Tionghoa di sekitar Gubug sangat mengagumi ketokohannya. Sebab, atas jasa-jasanya itu, warga Tionghoa merasakan hidup damai dan tenteram dari gangguan perampok.

Banyak cerita karomah seputar KH Hasan Anwar yang melegenda di Gubug. Konon, ia memiliki harimau. Setiap kali bersilaturahim dengan gurunya, Syekh Ibrahim, harimau itu selalu menyertainya. Ia bahkan mengendarai harimau tersebut.

Tak jarang, Syekh Ibrahim mengingatkannya untuk tidak menambatkan harimau itu secara sembarangan, sebab khawatir akan melukai para santri. Namun tak banyak yang melihat harimau itu secara kasat mata. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menyaksikannya. Wallahu a’lam ⁠⁠⁠⁠⁠

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement