REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jilbab Elghobashy juga seolah mengakhiri perdebatan soal kostum voli pantai putri. Business Insider Australia melansir pemain putri voli pantai sering kali mendapatkan perhatian bukan lantaran kemampuan fisik mereka ketika berlaga. Sebagian besar perhatian karena bikini yang mereka kenakan.
Sebagian orang kerap mengkritik alasan seragam bikini untuk pemain perempuan. Sebab, para pemain laki-laki mengenakan singlet dan celana pendek yang longgar.
Karena itu, Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) memang lebih longgar soal kostum pemain putri sejak penyelenggaraan Olimpiade 2012 di London. Sejak empat tahun lalu, FIVB memperbaharui aturan tentang seragam. Aturan itu mengizinkan para pemain putri untuk mengenakan celana pendek atau legging, dan kaos panjang.
Ini merupakan upaya FIVB untuk menjadikan olahraga voli pantai menjadi lebih inklusif serta menghargai perbedaan budaya dan keyakinan di seluruh dunia. Pada event tahun ini, FIVB pun menerapkan aturan tentang kostum yang lebih sensitif terhadap budaya lokal para pemain.
Beberapa pemain pun memanfaatkan aturan yang membebaskan atlet putri memilih kostum yang ingin dikenakan. Tidak hanya bikini, duo asal Brasil, Bárbara Seixas/Ágatha Bednarczuk, juga memilih mengenakan kaos panjang dan legging pada beberapa pertandingan di Rio.
Elghobashy pun mendapat lampu hijau untuk tampil di Rio dengan jilbab. "Saya mengenakan jilbab karena saya Muslim, tapi itu tidak menghentikan saya merasakan atmosfer pertandingan ini," kata dia seperti dilansir //Reuters//.
Pilihan beragam untuk kostum perempuan pun mendapat pujian. Perbedaan pakaian menunjukkan Olimpiade mengusung semangat solidaritas dan persahabatan. Pemilik Restoran di Rio, Hudson Heluy (36 tahun), mengatakan, perbedaan budaya menunjukkan spirit Olimpiade yang sesungguhnya.
"Sangat luar biasa perbedaan budaya yang bisa kita lihat di Rio," kata Heluy ketika menyemangati Elghobashy/Meawad melawan tim voli pantai putri asal Italia pekan lalu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
