Ahad 31 Jul 2016 11:22 WIB

Ramon Magsaysay, Dompet Duafa, dan Bahaya Sirik Kecil

The Ramon Magsaysay Award
Foto:
Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini saat memberikan keterangan pers terkait program Dompet Dhuafa selama Ramadhan 1437 H di Jakarta, Rabu (25/5). (Republika/ Rakhmawaty La

Akal saya menyapa maruf: “Bro, dimanapun anak buah bicara kehebatan lembaga. Manajer bicara kehebatan dirinya. Sedang pemimpin bicara kekurangan dirinya. Dengan koreksi diri, baguslah. Lupakan apa yang sudah diperbuat, ya!”

“Eh, ada yang bisa dilupakan dan ada yang musti diingat-ingat selalu. Apa itu?” Tanya nurani saya.

“Lupakan kebajikan. Ingat-ingat kekeliruan”, jawab akal saya serta merta.

Dialog nurani, akal, dan nafsu saya , menyisakan renungan. Jika tak keliru, Rasulullah SAW berpesan: “Muhasabah sejenak, lebih baik dibanding ibadah sekian lama”. Artinya koreksi diri itu wajib. Agar dalam melangkah tak lagi keliru, tak salah jalan, dan mafhum apa yang dikerjakan.

Menurut kalender, tanggal 30 Agustus’16 nanti, DD terima Ramon Magsaysay. “Elo ingat tanggal itu karena elo pingin yang terima hadiah, ya?” Sindir nafsu saya buyarkan renungan.

Duuuh nafsu saya yang biasa saya pakai buat kuliti orang, sekarang justru sedang kuliti saya. Hmmm… Senjata makan tuan.

“Pemimpin tak boleh memonopoli apapun. Termasuk tampil untuk terima Ramon Magsaysay Award. Berikan yang muda-muda. Itu cara merawat tim,” nurani saya berbisik lembut.

Tanpa sadar saya anggukan kepala. Tetapi nafsu saya tetap meradang. Memanas-manasi agar saya yang tampil untuk terima award itu.

“Kapan lagi, Brooo!” Nafsu saya berteriak. Tetapi akal saya berbisik perkuat nurani: “Hati-hati dengan diri sendiri. Hati-hati dengan nafsumu”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement