Ahad 31 Jul 2016 11:22 WIB

Ramon Magsaysay, Dompet Duafa, dan Bahaya Sirik Kecil

The Ramon Magsaysay Award
Foto: Republika/Rakhmawaty La
The Ramon Magsaysay Award

Jleeeb… Menghunjam. Sirik kecil. Iya saya sudah tahu lama. Cuma begitu dipuji-puji, kok jadi lupa. Karena rasa bangga, malah pingin nambah cari-cari pujian.

Di saat merenung, nafsu saya langsung menyergap: “Elo kira elo yang dapet penghargaan”. Bhahaha… Nafsu saya terbahak2.

“Itu buat DD, sebagai lembaga. Bukan untuk pribadi, bukan elo. Tapi kenapa elo yang merasa dapat penghargaan. Elo merasa berjasa ya? Ternyata aseli elo keluar. Sombong juga elo, Bro”, nafsu saya nyolot.

Saya menerawang ke belakang. DD memang dibangun tim, bukan sendiri. Kebetulan saya di awal, musti babat alas. Bukan lantas merasa jadi paling berjasa dan paling heroik. Generasi sekarang juga punya peran. Bagaimana mengatasi kekurangan2 dari warisan saya.

Di era awal, banyak yang bilang saya dzalim. Astagfirullah, saya tercenung. Belajar organisasi memang cuma waktu OSIS dan kampus doang. Manajemen prosesional tak paham. Maunya paksa kehendak. Lumrah banyak teman-teman sesak napas. Mereka terima orang sesontoloyo saya karena apa mau dikata. Mereka masuk pas saya yang jaga gawang DD.

Yang sakit hati jangan tanya. Maksudnya? Buanyaaak lah. Jamil yang sekarang bertambah embel-embel di belakangnya dengan Azzaini bilang: “Saya ibarat hiu dalam kolam kecil. Mengejar ikan-ikan hingga pontang panting”.

Siapa ikan-ikan yang tunggang langgang itu? Siapa lagi jika bukan tim yang bersama-sama di era awal DD lahir. Entah itu kiasan sindiran atau apa. Sambil berharap itu positif, Jamil yang bisa jelaskan maksudnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement