REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Komite Haji Kementerian Kesehatan bersama pejabat dari King Abdullah Medical City, Arab Saudi, membentuk komite untuk pelayanan kesehatan bagi jamaah haji. Mereka sepakat untuk memberikan pengetahuan mengenai penyakit yang sering diderita jamaah haji.
Dilansir dari Arabnews, Kamis (21/7) Pengawas Dirjen Kesehatan Haji dan Umrah Hussein Ghannam bersama kepala komite haji Makkah dan Madinah meninjau program elektronik untuk menyebarkan informasi kesehatan dan penyakit yang umumnya diderita jamaah haji.
Penyadaran informasi kesehatan ini akan fokus pada penyakit sunstrokes, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-C0V) dan penyakit kronis lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma, arthritis, migrain, epilepsi, penyakit kulit, penyakit kejiawaan dan tukak lambung.
Seluruh penyakit tersebut harus diawasi dnegan baik dengan pengobatan yang tepat. Selain informasi itu, mereka juga memutuskan untuk membentuk Komite Darurat untuk mengawasi lokasi ibadah haji.
Komite Darurat ini akan bertugas di tiga wilayah diantaranya wilayah tengah, pusat ibadah di Arafah, Mina dan Muzdalifah dan Makkah. Khusus tenaga kesehatan mereka telah merekrut 22 ribu tenaga kesehatan baik untuk medis, teknisi dan bagian administrasi.
Sebanyak 400 orang diantaranya merupakan tenaga medis yang menguasai kemampuan khusus seperti perawatan intensif, membuka jalur nafas melalui kateter dan pengobatan serta perawatan darurat. Tahun lalu Kementrian Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada 405.542 jamaah haji.
Seluruh tenaga medis juga memiliki tanggung jawab mengawasi 1,3 juta jamaah haji yang datang dari 15 lokasi kedatangan baik melalui jalur darat, laut dan udara. Selain rumah sakit, terdapat 80 pusat kesehatan masyarakat di Arafah, Mina dan Muzdalifah. Puskesmas tersebut terbagi di Mina sebanyak 28 puskesmas, 46 di Arafah dan enam di Muzdalifah.