REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hafidz Muftisany
Wudhu. Sebuah amalan yang kerap dianggap biasa namun memiliki fadilah yang amat besar. Wudhu kerap dimaknai hanya sebuah ritual membasuh anggota tubuh sebelum shalat. Padahal, maknanya jauh melebihi itu.
Wudhu mendapat tempat penting dalam kitab-kitab fikih. Biasanya ia diletakkan di awal pembahasan bersama dengan bahasan bersuci. Bersuci khususnya wudhu menjadi pembuka amaliyah yang amat penting yakni shalat. Tanpa bersuci, maka tidak akan sah shalat seorang Muslim. Wudhu menjadi pembuka amal-amal lain yang terlihat lebih besar.
Makna wudhu secara spiritual juga amatlah membekas. Wudhu menjadi terminal seorang Mukmin untuk membersihkan diri. Bersih secara fisik maupun suci secara batin. Basuhan air ke anggota tubuh saat berwudhu akan menghilangkan hadas. Basuhan yang sama juga akan menggugurkan dosa.
Siapakah makhluk yang bernama manusia yang berani mendeklarasikan diri bebas dari dosa? Hanya Nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat maksum. Selebihnya, termasuk kita, adalah gudangnya khilaf dan alpa. Dosa-dosa yang amat kotor jikalau ia nampak itu akan mengerak dalam hati. Menutup kalbu hingga hitam pekat. Sehingga sebuah cahaya akan kesulitan menembus dindingnya dan menghantarkan hidayah.
Allah SWT yang Maha Pengampun menyiapkan banyak sarana untuk mencuci dan membilas dosa-dosa kita agar tak makin legam. Wudhu, adalah salah satu diantara sarana penyucian diri.
Adalah Amr bin Abasah yang bertanya kepada Rasulullah SAW dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim.
“Wahai Rasulullah beritahukan kepadaku tentang wudhu?”
Pertanyaan Amr ini akan menjadi sejarah sekaligus kabar gembira bagi umat. Kabar gembira karena jawaban sang Nabi SAW nantinya, akan mengurai panjang fadilah wudhu dalam menggugurkan dosa-dosa anggota tubuh.