Senin 21 Mar 2016 20:31 WIB

Gerakan Islam dan Janji Barat yang Menggiurkan

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Lambang Rabithah Al-Alam Al-Islam (Liga Dunia Islam)..
Foto: virtualholyquran.com
Lambang Rabithah Al-Alam Al-Islam (Liga Dunia Islam)..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak lain dari runtuhnya Kekalifahan terakhir, sebagian umat Islam di Eropa diusir atau dimusnahkan seperti halnya di semenanjung Liberia dan sebagian lagi dijadikan minoritas di negara lain.

Seperti yang terjadi di Eropa Tenggara. Akhirnya, wi layah kekuasaan Kesultanan Ottoman di Eropa Tenggara semakin dibatasi. Pada awal abad ke-20 negara-negara Eropa Barat menuntaskan pembagian Benua Afrika sampai habis.

Prancis memperluas kekuasannya di seluruh daerah Sahara dan pada 1912 mendapatkan sebagian besar kesultanan Maroko sebagai protek- torat, yaitu daerah lindungan. Dan, antara 1911 dan 1913 Italia menduduki Libya.

Pembaruan Guru besar Luar Biasa Sejarah Islam UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta Johan Hendrik Meuleman dalam buku Tematis Dunia Islammenjelaskan, sebagai reaksi terhadap ekspansi dan kejayaan Eropa dalam aneka bidang pada abad ke- 18 dan 19 sejumlah gerakan Islam menyerukan kepada umat Islam untuk mengatasi keadaannya yang jumud dan terbelakang.

Sejumlah gerakan, misalnya, berusaha mewujudkan pemurnian Islam dari segala aspek yang bertentangan dengan sumber asas Islam, yaitu Alquran dan sunah. Dalam usaha itu, mereka kadang menggunakan kekuatan politik dan militer.

Dalam usaha memperoleh dukungan dan mempersiapkan suatu sistem kekuasaan pascaperang yang lebih menguntungkan, negara pelaku perang mengiming-ngimingi sejumlah tokoh dan kelompok di dunia Islam, terutama kelompok Arab dengan janji yang tidak selalu jelas dan sebagian bertentangan.

Pejabat Inggris banyak memberikan janji yang bertentangan terhadap mitranya, antara lain, melalui penukaran surat pa da 1915 dan 1916. Sir Henry McMahon, Komisaris Tinggi Inggris di Mesir memberi janji tertentu kepada Hussain syarih Mekah.

Tapi, pada akhir 1915 pemerintahan Inggris di India justru mendekati Ibnu Sa'ud, raja Najd yang merupakan pesaing besar Syarih Husain. Kemudian, dalam persetujuan Sykes- Picot (3 Januari 1916) antara perunding Prancis, Francois Georges Picot, dan perunding Inggirs, Mark Sykes, Timur Tengah yang sedang diperebutkan dari Kerajaan Ottoman dibagi menjadi wilayah pengaruh Prancis dan Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement