Rabu 16 Mar 2016 09:32 WIB

Membangkitkan Kerajinan Payung Juwiring

 Pengrajin sedang menyelesaikan pembuatan payung hias di desa Kewarasan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
Foto:

Warga Juwiring sana, sepertinya sudah tidak tertarik lagi menggeluti produksi payung. Mereka sebagian besar konsentrasi bertani 'gurem' dengan lahan yang kian menyempit. Sebagian lagi buruh sektor pabrikan, pergi boro ke luar kota.''Yang bertahan tinggal kita bersama 25 perajin ini,'' kata Ngadi.

Kerajinan payung Juwiring pernah mengalami era keemasan. Ini terjadi ketika kehidupan masyarakat masih dibawah pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pesanan kebutuhan payung ramai, hingga wilayah Juwing terkenal penyumpang produksi beraham jenis payung kebutuhan keraton. Era tahun 1960-an juga pernah mengalami kejayaan. Namun, tak berlangsung lama. Dan, kini 'mati suri' lagi.

DD tertarik dengan hasil karya anak bangsa terletakn sisi Timur Laut Pemerintah Kabupaten Klaten ini. Atau tak begitu jauh dengan Keraton Kasunanan Surakarta. DD mencoba untuk membangkitkan gairah usaha ini kembali.''Kebutuhan perajin apa saja, kami dari DD siap membantu,''kata Parni Hadi.

Ngadi mengungkap sejumlah persoalan yang dihadapi perajin. Diantaranya, keterbatasan modal, keterbatasan sumber tenaga kerja terampil, peralatan masih minim, maupun peluang pasar dan pemasaran. Sebagian tenaga kerja hanya sambilan. Itupun dilakukan kaum wanita. Mereka mengambil pekerjaan, seperti, bikin jeruji, tulang plafon, membatik, menyulam, melukis, finishing politur dan cat, dibawa pulang ke rumah.

Persoalan yang paling berat, kata Ngadi, ketersediaan tenaga kerja terampil. Generasi muda sudah tak tertarik lagi, karena minimnya penghasilan. Soal sulitnya mencari tenaga kerja, Ngadi mengibaratkan, seperti menegakkan benang basah. Mereka lebih tertarik sektor informal lain.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement