Oleh Edy Setyoko
Mlaku panas-panas,
Ora nggawa payung,
Srandale diseret,
Dlamakane mlenthung,
Surabaya geger,
ngungsi nang Madiun,
Madiun-Jakarta,
Janji rukun tetap merdeka.
REPUBLIKA.CO.ID, Sepenggal syair lagu dolanan khas Jawa Timuran itu, dilantunkan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa (DD), Parni Hadi. Ia bersama pengurus DD saat berkunjung ke sentra kerajinan lukis payung Dukuh Gumantar, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Parni Hadi tampak semangat, antusias, melantunkan syair itu, mengajak tamu menyanyi bersama, sambil mengayun-ayunkan payung menari di atas kepala. ''Ini payung hasil karya kerajinan anak bangsa harus kita lindungi dan berdayakan,'' tutur dia usai menyanyi.
Pendiri dan perintis DD bersama rombongan mengunjungi sentra kerajinan payung. Kelompok kerajinan karya seni tradisional kreatif, Ngudi Rahayu, dibawah asuhan Ngadi (47), menarik dikunjungi. Kelompok usaha ini turun-temurun. Kini, usaha ini sudah lebih dari ratusan tahun, atau memasuki generasi ketiga.
Usaha kerajinan tradisional Payung Juwiring tengah mengalami suram. Kini, tinggal 25 perajin yang masih aktif menggeluti usaha ini. Mereka hidup bertahan, sambil berkreasi inovatif untuk menembus persaingan payung produk pabrikan. Berbagai upaya sudah ditempuh, namun belum tampak menggeliat dari kubang keburaman usaha.