Senin 07 Mar 2016 17:18 WIB

Masjid Assyuro Benteng Masa Penjajahan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Masjid Assyuro, Cipari, Garut.
Foto:
Suasana Masjid Assyuro, Cipari, Garut

Sehubungan dengan berkembangnya pesantren Cipari. Kegiatan kepartaian pun juga semakin berkembang. Maka pada tahun 1933 KH Harmaen (ayah KH Yusuf Tauzirie) mendirikan mesjid dan madrasah secara permanen.

Dalam rencana pembangunannya tidak berniat akan mendirikan sebuah menara masjid. Akan tetapi, KH Yusuf Tauzirie menginginkan menara. Akhirnya berdirilah bangunan mesjid yang dilengakapi dengan sebuah menara.

Nama KH. Yusuf Tauzirie semakin terkenal sejak tahun 1931 sampai 1938. Ia pun aktif dalam Dewan Sentral PSII. Sejak itulah ia berkenalan dengan SM Kartosuwirjo.

KH. Tauzirie dan SM Kartosuwirjo merupakan dua tokoh yang selalu beriringan. Mereka satu organisasi di PSII dan MASYUMI. Mereka juga selalu beriringan saat melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Menurut catatan sejarah yang disimpan Ponpes Cipari. Seiring berjalannya waktu, hubungan kedua tokoh tersebut, antara KH. Tauzirie dan SM Kartosuwirjo mulai retak.

Dalam perspektif SM Kartosuwirjo, Islam memiliki konsepsi 'Negara' yang jelas. Islam adalah Agama dan Negara (al-dien wa ad-daulah). Negara merupakan alat yang diperlukan terealisasikannya syari’at - syari’at Islam.

Sementara, KH. Yuyuf Tauzirie mempunyai pandangan dengan konsep Islamic Society. Artinya, mengislamkan dulu masyarakatnya, bukan mengislamkan negaranya atau mendirikan negara islam. Hubungan antara KH. Tauzirie dan SM Kartosuwirjo pun mulai renggang akibat perbedaan cara pandang.

Pandangan KH. Tauzirie tersirat pada ucapannya yang sering dilontarkan kepada para prajuritnya. ”Lamun imah ruksak dina salah sahiji bagian imah seperti panto, ulah diruksak sakabeh imah. Tapi pantona weh kudu dibenerkeun, jeung ulah nyieun imah dijero imah.” (Kalau ada bagian rumah yang rusak, misalnya pintu rumah rusak, jangan dirusak rumahnya. Tapi perbaiki saja pintu rumah yang rusak tersebut dan jangan membuat rumah di dalam rumah).

"Masjid Assyuro menjadi benteng pertahanan saat TII menyerang Kampung Cipari," ujar Suherlan.

Berdasarkan catatan, ada dua kali penyerangan TII kepesantren Cipari. Pertama, penyerangan pada 17 April 1952, sekitar 3.000 anggota TII menyerang Kampung Cipari. Penyerangan yang dilakukan TII sebanyak tiga gelombang, mulai dari pukul 19.00 sampai pukul 03.00 dini hari.

Kedua, penyerangan dilancarkan kembali pada 5 Agustus 1952. Penyerangan dilakukan pada pukul 19.30. Pada penyerangan kedua, menelan korban sebanyak 24 orang. 15 orang dari pihak TII dan sembilan orang penduduk Kampung Cipari. Berdasarkan catatan sejarah, korban perang yang mengalami luka-luka ada sebanyak 23 orang dan 58 rumah hangsu terbakar.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement