Senin 07 Mar 2016 17:18 WIB

Masjid Assyuro Benteng Masa Penjajahan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Masjid Assyuro, Cipari, Garut.
Foto: Republika/Fuji EP
Masjid Assyuro, Cipari, Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Masjid Assyuro mempunyai bentuk yang jahuh berbeda dengan masjid lainnya di Indonesia. Karenanya banyak pengunjung yang sengaja datang ke Masjid Assyuro untuk melihat langsung keunikannya.

Selain itu, para pengunjung juga sangat tertarik dengan nilai histori Masjid Assyuro yang ada di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Cipari. Ponpes Cipari juga erat kaitannya dengan perkembangan Islam pada masa penjajahan Hindia dan Belanda.

Masjid Assyuro ini menyimpan sejarah zaman pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Pesantren Cipari pernah diserang dua kali oleh TII dan Masjid Assyuro dijadikan salah satu benteng pertahana," kata Ketua Ponpes Cipari, Suherlan saat diwawancarai Republika.

Masjid Assyuro bentuknya persegi panjang, di dalamnya seperti sebuah ruangan kelas. Di sebelah timur masjid terdapat sebuah menara setinggi 20 meter. Menara tersebut mempunyai 70 anak tangga. Berdasarkan catatan sejarah yang disimpan Ponpes Cipari, yang membuat gambar (arsitek) Mesjid Assyuro adalah Abikoesno Tjokrosujoso.

Di bagian timur masjid, terdapat pelataran yang cukup luas. Pelataran tersebut diberi atap agar bisa digunakan meski dalam kondisi hujan. Di sebelah timurnya lagi, ada sebuah bangunan yang bisa digunakan untuk kegiatan para santri Ponpes Cipari.

Sebelum sampai ke lingkungan Ponpes Cipari. Pengunjung harus melewati jalan desa yang hanya cukup untuk satu kendaraan mobil. Melewati area peswahan di tengah desa, kemudian sampai di Kampung Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.

Di sekitar masjid ada bangunan Ponpes Cipari dan beberapa rumah warga. Masjid berbentuk persegi panjang yang di dalamnya mirip ruangan kelas hanya memiliki satu menara di sisi timur bangunannya.

"Seringkali masyarakat yang tidak tahu sejarahnya menyebut arsitektur Masjid Assyuro seperti bangunan sebuah Gereja," ujar Suherlan.

Padahal menurut Suherlan, Masjid Assyuro dibangun dengan gaya arsitek Eropa pada tahun 1933. Ia menegaskan, bangunan masjid atau arsitekturnya sama sekali tidak menyerupai Gereja. Pada masa dibangunnya Masjid Assyuro, dalam rancangannya memang dibangun mengikuti gaya arsitektur Eropa pada masanya.

Setelah sekian lama Masjid Assyuro berdiri, pengurus masjid dan pesantren sepakat untuk tidak merubah sedikit pun bangunan masjidnya. Bahkan bekas-bekas peluru yang membentuk lubang di menara masjid masih ada. Sengaja diabadikan sebagi saksi bahwsannya Masjid Assyuro pernah dijadikan benteng pertahanan waktu zaman perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement