Senin 07 Mar 2016 16:46 WIB

Belajar dari Thawus, Ulama yang tak Mempan Disogok

Rep: C62/ Red: Achmad Syalaby
Harut dan Marut menurut pendapat ulama adalah dua malaikat (Ilustrasi)
Foto:

Dengan wajah riang gembira dan penuh keyakinan akan menerima hadia dari sang gubernur, utusan yang mendapat perintah itu langsung berangkat dengan membawa hadiah tersebut ke tempat kediaman Thawus.  Kala itu di sebuah desa dekat Shan’a yang disebut dengan al-Janad tempat tinggal Thawus, dia sedang bersama teman-teman seperjuangannya berbincang ringan.

Setelah memberi salam kepada orang-orang yang ada di dekat Thawus, utusan itu berkata.  “Wahai Abu Abdirrahman, ini ada nafkah dari amir untuk Anda.”  “Maaf, saya tidak memerlukan itu.” Jawab Thawus dengan lembut tanpa sambil melihat apa yang disodorkan utusan gubernur itu.

Meski sempat melihat barang yang disodorkan kehadapannya. Thawus tidak membukan bungkusan itu. “Coba lihat dulu wahai Thawus siapa tahu satu saat kamu membutuhkannya,” kata utusan itu sambil merayunya.

Segala kata dalam rayuan sudah utusan gubernur itu itu keluarkan. Cara-cara juga sudah dia lakukan, Namun hasilnya tetap nihil. Pemberian itu tidak berhasil Thawus terima.  Thawus tak memberikan reaksi apapun.“Silahkan ambil barang ini sebelum saya berlaku tidak adil.” Katanya

Karena sang  gubernur sudah mengancam dari awal jangan sampai peberiannya itu kembali lagi, akhirnya utusan itu mencari kesempatan Thawus lengah. Secara diam-diam dia taruh pundi-pundi itu di salah satu sudut rumah Thawus. Setelah itu diapun kembali dan melapor kepada amir. 

“Wahai amir, Thawus telah menerima pundi-pundi itu.” Betapa senangnya amir mendengar berita itu, namun dia tak berkomentar sedikit pun. Dia berpikir bahwa Thawus pasti telah membelanjakannya untuk keperluan macam-macam dan habis. Di sininalah upaya balas dendam untuk mempermalukan Thawus dimulai.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement