Selasa 16 Feb 2016 06:00 WIB

Alquran Tak Pernah Selesai Kita Baca

Seorang jamaah membaca ayat Alquran melalui smartphone.
Foto: Antara
Santri sedang belajar membaca Alquran.

Sedangkan pasase "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" dalam surah Ar-Rahman [55] menjadi kalimat yang paling diingat, saya catat dalam buku kecil quotable quotes versi diri sendiri.

Pasase ini diulang kurang-lebih 30 kali banyaknya. Terang sekali pesannya. Setiap kali ingat pasase ini, seharusnya saya sudah tak memiliki ruang lagi untuk berani menyangkal bahwa saya hidup dalam berkah yang luar biasa bentuknya. Mulai dari berkah membaca, sejumlah kemampuan dan pengetahuan, anugerah alam, mendapatkan nafkah, sampai kenikmatan seks. Sungguh sempurna baitnya: 

"Tuhanmu yang Mahapemurah telah mengajarkan Alquran Dia menciptakan manusia mengajarinya pandai bicara." 

Ah, nanti Anda beranggapan saya terlihat dogmatik. Tapi fakta bahwa pasase itu diulang-ulang membuat seorang kawan bertanya: kenapa harus ditegaskan sebanyak itu? Apa Tuhan sejenis perempuan tua rewel minta pengakuan terhadap keberadaan diri-Nya? Betapa naif pendapat saya. 

Pemahaman saya yang begitu seadanya, pas-pasan, dan tampaknya begini-begini saja terhadap Alquran ini tentu sebenarnya suatu tragik. Bayangkan, sudah selama ini saya hidup, baru sepatah-dua patah kalimat yang betul-betul membuat saya "bergetar". Kenapa ini bisa terjadi? Apa disebabkan kemampuan mencerap pesan yang berlapis-lapis itu? Pernah saya belajar (sangat) sebentar --sayangnya tidak tuntas-- tentang cara membaca Alquran di suatu pengajian. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement