Selasa 16 Feb 2016 06:00 WIB

Alquran Tak Pernah Selesai Kita Baca

Seorang jamaah membaca ayat Alquran melalui smartphone.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang jamaah membaca ayat Alquran melalui smartphone.

Oleh Anwar Holid

REPUBLIKA.CO.ID,Sudah berapa lamakah kita tak membaca kitab suci masing-masing, tuan-puan? Ambil Alquran sebagai contoh, dan jadikan saya sebagai modelnya. Ternyata saya tak sesering itu membaca kitab suci yang tanpa cacatnya itu; apatah lagi berusaha sepenuh hati memahami, mengkaji, mencerap, mengamalkan. 

Sudah cukup lama saya menutup kitab itu dalam ingatan, meskipun tentu saja tak bisa melupakannya begitu saja. Itu karena setiap kali shalat, minimal sebagai Muslim saya melakukan pengingatan terhadap firman Allah semampunya. Meskipun kualitasnya harus terus-menerus diuji. 

Kata seorang teman, namanya Zulfahmi Andri, Alquran itu termasuk buku yang "tak pernah tamat" dibaca. Itu artinya buku yang harus terus-menerus dibaca ulang, dipilih-pilih lagi, diingat-ingat lagi. Kenapa bisa begitu, karena ternyata tingkat pemahaman yang terkandung di dalamnya bisa berlapis-lapis. 

Saya pikir jangan kata Alquran, fenomena itu sudah pasti terjadi pula atas semua buku suci, baik yang "ilahiyah" atau "manusiawi" --Injil, Vedanta, Bagavadgita, Zabur, Taurat, Tafsir Alquran, juga Das Kapital, Ulysses, Tractatus Logico-Philosophicus, bahkan Kamasutra. Dia bilang, barangkali yang lebih penting dilakukan itu menyegarkan ingatan akan suatu hal atau keterangan, alih-alih mencari pemahaman baru yang bisa jadi memang belum mampu kita lakukan. 

 

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement