Selasa 05 Jan 2016 17:30 WIB

Eropa Sebarkan Gagasan Afrika 'Benua Gelap'

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Peta Benua Afrika.
Foto: Libweb5.princeton.edu/ca
Peta Benua Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Guardian menulis, salah satu buku yang bisa dibilang paling kuat menyebarkan ide-ide rasial tentang Afrika ditulis oleh seorang pria yang tidak pernah menginjakkan kaki di tanah Afrika. Edward Long adalah seorang administrator, pemilik budak, dan putra pemilik budak di Jamaika.

Ide-idenya tentang orang kulit hitam dan Afrika diterima begitu saja secara luas. Bukunya yang paling terkenal, History of Jamaica (1774), merupakan perpaduan panduan perjalanan, deskripsi pemerintahan kolonial Inggris di Karibia, sekaligus argumen-argumen klasik yang rasis. Bagian utamanya memuat penilaian tajam Long mengenai Afrika, sebagai bangsa yang rendah dan bahkan 'mungkin bukan manusia'.

Fakta bahwa ia telah menghabiskan 12 tahun di Karibia telah memberi dia otoritas mengapa ide-idenya berumur panjang. Long berpendapat, Afro-Amerika mempunyai karakteristik sama dengan saudara-saudara mereka di Afrika, yang "memiliki perilaku kebinatangan, kebodohan, dan berbagai sifat buruk yang menghinakan". Pandangan-pandangan klasik itu telah dimulai dengan sekumpulan prasangka, bahkan sebelum kapal mereka mendarat di Benua Afrika.

(Baca: Dahulu, Bangsa Afrika Lebih Superior dari Eropa)

Sejarah perbudakan memiliki kaitan erat dengan kolonialisme. Tiga abad perdagangan budak telah memberi kesan Eropa bahwa Afrika adalah inferior, yang membantu membenarkan tindakan imperialisme di benak banyak orang Eropa. Para penjelajah Eropa yang bertualang ke benua itu populerkan gagasan Afrika sebagai 'benua gelap'.  

Pada abad ke-18 dan 19, beberapa negara Eropa yang berkuasa menaklukkan sebagian besar Afrika. Vincent B Khapoya dalam The African Experience: An Introduction, menulis dua kekuatan kolonial terbesar di Afrika adalah Prancis dan Inggris, yang mengendalikan dua per tiga Afrika sebelum Perang Dunia I dan lebih dari 70 persen setelah perang.

Belgia, Jerman, Italia, dan Portugal masing-masing menduduki kurang dari 10 persen wilayah. Suatu gambaran yang menyedihkan, pasca-Perang Dunia I, hanya 7 persen wilayah Afrika yang tidak berada di bawah kolonisasi.

Legalisasi kekuasaan kolonial Eropa dicapai pada Konferensi Berlin 1884-1885, ketika seluruh kekuatan Eropa bertemu dan membagi-bagi teritorial mereka atas Benua Afrika. Kanselir Jerman, Otto van Bismarck, menggagas pertemuan itu untuk menghindari konflik internal di kalangan bangsa Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement