Ahad 13 Dec 2015 17:40 WIB

Lima Rekomendasi ICMI untuk Indonesia

Rep: M Nursyamsi/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) 2015 terpilih, Jimly Asshiddiqie, menyampaikan sambutannya saat penutupan Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ahad (13/12).
Foto:
Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM --  Jimly mengungkapkan, dalam sejarah bangsa ini, Indonesia belum pernah mengalami kesenjangan ekonomi selebar sekarang. Dengan indeks rasio gini 0.41, kesejahteraan masyarakat benar-benar terpolarisasi.

"Mayoritas masyarakat (umat Islam) hanya menguasai minoritas porsi ekonomi nasional, sedangkan minoritas (non Islam) menguasai mayoritas porsi ekonomi nasional," ujar Jimly.

Alih-alih bersatu dan membangun politik bersih untuk menajukan ekonomo masyarakat, ia mengatakan, banyak pemimpin umat justru meributkan perbedaan pandangan keagamaan dan bahkan terlibat dalam politik kepentingan yang kotor.

Ia berharap, kesejangan ekonomi harus segera diatasi karena membahayakan, bukan hanya bagi unat Islam secara ekonomi, melainkan juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.

"Penguatan ekonomi maritim, pertanian, dan i dustri yang didukung pe uh oleh sistem logistik yang efektif perlu dipercepat. Itu hal fundamental untuk dapat menikiki perekonomian yang kuat," tambah dia.

Selain itu, pembangunan ekonomi pedesaan, syariah, penguatan UKM lewat teknologi tepat guna dan optimalisasi aplikasi teknologi juga bermanfaat dalam pemberdayaan masyarakat. Ia memandang, kemandirian energi yang dapat terpenubi dari sumber energi tradisional, nuklir, dan energi terbarukan menjadi kebutuhan yang penting.

"Untuk mendukung semua itu, implementasi kerjasama antar negara seperi MEA dan TPP perlu dilakukan secara cermat," sambung Jimly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement