Rabu 09 Dec 2015 19:09 WIB

'Saya Latin dan Muslim'

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:
Muslim Latin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Namun, lanjut dia, sebenarnya tidak hanya di Peru. Ketegangan ini juga ada di Los Angeles tempat saudara sesama Muslim-nya mempertanyakan komitmen dia berislam.

"Orang-orang selalu ingin mengukur seberapa Islam saya, dan Muslim macam apakah saya. Itu benar-benar tidak adil," ungkap dia. Ia sering dianggap orang Mesir, tapi ketika mereka tahu dia tidak bisa bahasa Arab, mereka heran dan melancarkan banyak pertanyaan.

Islam, menurut Lina, jauh lebih besar daripada identitas etnis atau ras. "Islam adalah sebuah agama dan kepercayaan yang tidak didasarkan pada warna kulit. Ini iman dan cara hidup. Ini jauh lebih penting daripada menjadi Latin, atau Asia, atau Negro. Ini sesuatu yang jauh lebih istimewa daripada itu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement