Rabu 02 Dec 2015 02:40 WIB

Musa Caplan, Yahudi Pendukung Kemerdekaan Palestina

Mualaf (ilustrasi)
Foto:
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin mendalami Alquran, Musa kian kagum. Mulailah ia pada satu persimpangan saat akal dan pikirannya mengerecut pada satu keinginan, yakni menjadi Muslim.

Musa menyadari keputusan itu tidaklah mudah. Orang tua dan kerabatnya tentu tidak akan menerima keputusan tersebut.

"Untuk saat itu, saya tidak menjalani kehidupan yang Islami sepenuhnya. Namun, berkat Allah, saya bisa melaksanakan shalat lima waktu, saya bisa mempelajari Islam secara online dan setidaknya saya bisa secara terbuka mengakui keesaan Allah," kata dia.

Memang tidak mudah bagi Musa menjalankan imannya itu. Ambil contoh saja, ia merasa prihatin dengan nasib bangsa Palestina. Secara pribadi, ia sangat mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.

Namun, keluarganya justru melihat Palestina adalah tanah milik bangsa Yahudi. "Jujur saya mudah tersinggung soal itu," kata dia.

Di luar kesulitannya, Musa meyakini keterbatasan yang dimilikinya saat ini tidak menghalangi niatanya mengakui Islam sebagai agama yang dipilih Allah untuknya. Memang, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bersyahadat dihadapan umat Islam, tapi ia sudah melakukannya dihadapan Allah..

"Insya Allah, yang penting dari hal ini adalah saya sudah berniat untuk mengunjungi masjid, tidak terlibat narkoba, mengonsumsi alkohol, dan mencuri. Tidak mudah memang, tapi Insya Allah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement