REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata al-Rahman al-Rahim di dalam ayat pertama (bismillah al-Rahman al-Rahim) menegaskan bahwa Tuhan (Allah) dalam kapasitasnya sebagai "Puncak Rahasia" (Sirr al-Asrar/the Secred of the Secred) yang dalam bahasa tasawuf biasa disebut Ahadiyyah (the One), adalah betul-betul Maha Pengasih dan Maha Penyayang (al-Raman al-Rahim).
Pada ayat ketiga surah al-Fatihah, kata al-Rahman al-Rahim muncul lagi untuk menegaskan dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan (Rabb), yakni diri-Nya sebagai Wahidiyyah (the Oneness), yang dalam bahasa tasawuf sering disebut dengan pemilik entitas-entitas permanen (al-A'yan al-Tsabitah), yang di dalamnya tergambar nama-nama dan sifat-sita-Nya.
Baik dalam kapasitas-Nya sebagai Allah (Ahadiyah/the One/) maupun sebagai Rabb (Wahidiyah/the Oneness), tetap konsisten memiliki sifat-sifat utama (al-Rahman-al-Rahim). Penjelasan ini sekaligus membantah anggapan orang yang mengatakan Alquran berisi banyak kata-kata yang mubazir (redandance), yaitu kata yang sering berulang.
Kalangan ulama tafsir Isyari mengatakan, setiap basmalah di dalam Alquran memiliki kandungan penekanan makna (point stressing) yang berbeda satu sama lain.