Selasa 24 Nov 2015 22:03 WIB

Ulama Spanyol: Hadapi Globalisasi dengan Zikir dan Pikir

Rep: Lintar Satria/ Red: Agung Sasongko
 Ribuat Jamaat Dzikir Nasional yang diadakan oleh REPUBLIKA memadati Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur, Rabu (31/12).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ribuat Jamaat Dzikir Nasional yang diadakan oleh REPUBLIKA memadati Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur, Rabu (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian umat Islam masih menganggap globalisasi milik peradaban Barat. Pemikiran ini perlu diluruskan.

Ulama Spanyol, Prof. Abdus Saad Antonio Romero mengatakan, globalisasi keniscayaan yang harus dihadapi umat Islam. Globalisasi adalah proses kretivitas manusia karena sesungguhnya ada persamaan budaya di antara umat manusia atau komunitas.

Karena itu perbedaan bisa dipersatukan dengan prinsip ta’awun (tolong menolong). "Islam bisa saja menerima perbedaan asalkan untuk maslahat," katanya, Selasa (24/11).

(Baca Juga: Wahai Generasi Muslim, Menulislah)

Romero mengungkap, Islam menempatkan Ilmu bagian penting memahami peradaban dan inovasi. Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim agar berkembang. Jadi, Islam bukan penyebab kemunduran, tetapi kemajuan.

"Yang harus dilakukan: adanya keseimbangan antara zikir dan pikir. Banyak sekali ayat yang menjelaskan ini. Dzikir artinya doa dan penjelasan Tuhan. Dzikir bisa di lisan, hati, dan perilaku," kata dia.

Romero menyatakan berpikir juga penting karena akan muncul ilmu tak hanya tertulis tapi juga implisit. Sumbernya ialah tafakkur dan tadabbur menuju hakikat bahwa tidak ada daya upaya selain dari Allah. Sesungguhnya Islam adalah agama global tetapi banyak terjadi konflik.Berarti muslim belum memahami konsep rahmatan lil’alamin.

"Umat Islam bermasalah bukan karena agamanya tetapi karena mereka tidak mau maju. Padahal semangat menuntut ilmu ada dalam Alquran. Muslim harus berpartisipasi mengisi era globalisasi untuk mengimbangi kemajuan Barat,"katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement