Sabtu 15 Aug 2015 09:01 WIB

Fenomena Nongkrong, Pemerintah Dianggap Gagal Sediakan Pasar Kerja

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko
Pencari kerja istirahat saat mengantre untuk dapat masuk kedalam lokasi bursa kerja di Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (11/8).   (Republika/Tahta Aidilla)
Pencari kerja istirahat saat mengantre untuk dapat masuk kedalam lokasi bursa kerja di Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (11/8). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keliru bila melihat banyaknya tempat nongkrong cermin dari perkembangan peradaban. Sebaliknya, fenomena ini merupakan wujud kegagalan pemerintah menyediakan pasar kerja.

Hal itu diungkap Wakil Sekjen MUI, Tengku Zulkarnain belum lama ini. "Kalau berdasarkan logika, orang yang memiliki pekerjaan atau sibuk bekerja tentu tidak akan menghabiskan waktunya dengan percuma. Lagipula dalam Islam seorang manusia dilarang membuang-buang waktu," kata dia.

Karena itu, kata dia, pemerintah perlu melihat fenomena ini dengan perspektif tanggung jawab. Di mana perlu adanya upaya menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat luas.

Tengku pun menyarankan agar anak-anak sekolah atau kuliah yang biasa menghabiskan waktu dengan nongkrong, untuk lebih menyibukan dan memfokuskan diri dengan pelajaran.

Sementara, bagi para pekerja yang juga terbiasa menghabiskan waktunya dengan nongkong, agar lebih memberikan waktu lebih kepada keluarga, yang tentunya lebih membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement