REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di ibu kota dan kota besar lainnya di Indonesia banyak bermunculan tempat tongkrongan. Bak sebuah magnet, tempat ini menarik banyak masyarakat untuk mendatanginya.
Beragam alasan di sebagian masyarakat untuk menghabiskan waktu berjam-jam di tempat tongkrongan. Persoalannya, apakah waktu yang dihabiskan itu termasuk hal yang positif atau justru masuk pada hal sia-sia.
Sosiolog UIN Musni Umar menilai munculnya tempat tongkrongan ini merupakan fenomena yang umum terjadi di masyarakat modern. Apakah itu termasuk kegiatan negatif atau positif tergantung dari untuk tujuan apa masyarakat 'nongkrong'.
Menjadi positif, tentu apabila kegiatan di tempat tongkrong itu membicarakan hal positif. Sebaliknya, menjadi negatif apabila hanya membicarakan hal-hal negatif.
"Untuk sisi positif, pembicaraan penting seperti permasalahan bangsa, juga bisa menambah ilmu atau wawasan dari mereka yang membicarakannya, termasuk, mereka yang membahasnya saat berada di cafe-cafe atau tempat-tempat nongkrong lain di Jakarta," kata dia belum lama ini.
Selain itu, Musni juga menyebutkan salah satu kegiatan, yang sudah cukup banyak dilakukan, dan memang bisa membuat kegiatan nongkrong itu sendiri menjadi bermanfaat. Hal itu adalah bisnis, yang mana, para pelaku bisnis sengaja memanfaatkan lokasi tongkrongan seperti cafe atau tempat lain, sebagai sarana untuk dia menjalankan bisnisnya tersebut secara aman, karena berada di tempat atau lokasi umum.
Namun, Musni menekankan betul pentingya memiliki konsep saat melakukan kegiatan nongkrong. Sebab, saat nongkrong hanya dijadikan sarana untuk sekadar menghabiskan waktu saja, maka kegiatan nongkrong itu menjadi hal yang negatif, khususnya bagi masyarakat itu sendiri.
Menurutnya, manusia sudah seharusnya mengisi waktunya dengan kegiatan yang berguna dan tidak membiarkan waktu berlalu begitu saja. "Jadi, memang nongkrong itu tidak selalu negatif, tergantung apa yang dibicarakan," tegasnya.