REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jargon Islam Nusantara diharapkan benar-benar mencerminkan Islam sebagai salah satu pilar peradaban, bukan malah ditumpangi golongan tertentu.
“Jangan sampai menjadi jargon yang justru ditumpangi kepentingan liberalisme, pluralisme (bukan pluralitas), dan relativisme, agama,” kata Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (1/8).
Romi melanjutkan, di bawah kepemimpinan yang baru harus menjadi organisasi masyarakat Islam yang bisa mengayomi. Bukan hanya mengayomi warga NU, melainkan mengayomi, seluruh agama, ormas Islam, bangsa Indonesia hingga dunia.
“NU ke depan adalah NU yang mengayomi seluruh agama, seluruh ormas Islam, seluruh partai politik, seluruh lembaga negara, seluruh lapisan sosial masyarakat, seluruh bangsa Indonesia, dan seluruh dunia,” tambah Romi.
Sebelumnya, Romi juga mengatakan, sebagai parpol yang memiliki keterkaitan karena dilahirkan oleh NU, PPP menyerukan agar pada Muktamar NU ke-33 dapat tercipta pelaksanaan musyawarah yang aspiratif, sejuk dan tertib.
Selain itu, konsep pemilihan pimpinan PBNU baik Rais 'Aam maupun ketua tanfidziyah hendaknya didasarkan atas aspirasi mayoritas muktamirin, mengingat muktamar sesuai AD/ART NU adalah forum tertinggi kedaulatan anggota.