Senin 06 Jul 2015 15:03 WIB

Hayat Anne Collins Osman: Islam Paling Up to Date

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Courtesy Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hayat Anne Collins Osman dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen Amerika. Waktu itu, orang Amerika masih lebih religius dibanding sekarang. Sebagian besar keluarga pergi ke gereja setiap Minggu.

Orang tua Anne pun terlibat dalam komunitas gereja. Mereka memiliki imam atau guru agama di rumah. Ibunya mengajar di sekolah Minggu dan Anne sering membantu. Sejak kecil, ia jauh lebih religius daripada anak-anak lain.

Pernah suatu kali saat ia berulang tahun, bibinya memberi Alkitab, sedangkan adiknya diberi boneka. Lain waktu, ia meminta buku doa dan Anne membacanya setiap hari selama bertahun-tahun.

Ketika ia duduk di bangku SMP, Anne mengikuti program studi Alkitab selama dua tahun. Sampai saat itu, ia telah membaca beberapa bagian Alkitab, tapi tidak mengerti dengan baik. Anne berpikir, sekaranglah kesempatannya untuk belajar.

Sayangnya, kata Anne, mereka mempelajari banyak bagian dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang tidak bisa dijelaskan, bahkan aneh.  Misalnya, konsep original sin atau dosa turunan dalam Alkitab. Anne punya saudara yang masih bayi, dan menurutnya bayi tidak berdosa.

Alkitab juga memiliki cerita yang sangat aneh dan mengganggu, misalnya tentang cerita Nabi Ibrahim dan Daud. Ada banyak hal, sangat banyak hal lain yang sebenarnya membuat Anne bingung. Tapi, dia takut bertanya-tanya karena ingin dikenal sebagai gadis yang baik.

Untungnya, ada seorang anak yang bertanya dan terus bertanya. Permasalahan paling serius adalah gagasan tentang konsep trinitas. Anne tidak paham. Gadis yang mengambil studi mitologi Yunani dan Romawi ini berpendapat, gagasan trinitas bisa jadi terpengaruh oleh dua kebudayaan besar tersebut.

Anak laki-laki yang terus bertanya itu menerima banyak jawaban, tapi tak puas. Begitu pula Anne. Guru mereka, seorang profesor teologi di Universitas Michigan, lantas menyuruhnya berdoa meminta peneguhan keimanan. Anne pun ikut berdoa.

Ketika masih SMA, Anne diam-diam ingin menjadi seorang biarawati. Ia tertarik dengan pola ibadah sepanjang hari, kehidupan yang sepenuhnya untuk Allah, dan cara berpakaian yang religius. Sayangnya, dia bukan Katolik. Anne tinggal di kota Midwestern, di mana umat Katolik merupakan minoritas yang berbeda dan tidak popular.

Saat berada di universitas, gadis itu terus berpikir dan berdoa. Mahasiswa sering berdebat tentang agama, dan Anne mendengar banyak ide yang berbeda. Seperti Yusuf Islam (Cat Steven), ia mempelajari beberapa gagasan spiritualitas Timur; Buddha, Konghucu, dan Hindu.

Suatu kali, Anne bertemu dengan seorang Muslim Libya. Ia memperkenalkan gadis itu pada Islam dan Alquran. Dia mengatakan, Islam sangat modern. Islam adalah bentuk paling up to date dari agama-agama wahyu. Tapi, karena Anne melihat Afrika dan Timur Tengah bukan negara maju, ia tidak bisa melihat apa yang modern dari Islam.

Keluarga Anne kemudian mengajak pria Muslim Libya itu ke gereja saat Natal. Misa itu sama seperti biasa, tapi yang berbeda, pria itu bertanya, “Siapa yang membuat tata cara ibadah ini? Siapa yang mengajarimu ketika kamu berdiri, membungkuk, dan berlutut? Siapa yang mengajarimu cara berdoa seperti ini?”

Anne pun menjelaskan sejarah awal gereja, meski pertanyaannya membuat gadis itu marah pada awalnya. Tapi, lama kelamaan itu membuatnya berpikir.

Apakah orang-orang yang merancang tata cara ibadah ini memang telah memenuhi syarat untuk melakukannya? Bagaimana mereka tahu praktik ibadah harus begini dan begitu? Apakah mereka mendapat instruksi Ilahi? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelindan di benak Anne, dan ia belum mendapat jawaban. Bersambung..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement