REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An Naba Center Indonesia kembali membimbing salah seorang penganut Nasrani untuk mengucapkan kalimat syahadat. Dia adalah Andrean.
Pria yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan plastik itu mengaku sudah cukup lama membandingkan agama Islam dengan agama lamanya. Memiliki latar belakang agama yang variatif, berawal dari Budha, kemudian menjadi penganut Nasrani dan terakhir memilih Islam sebagai agamanya, Andrean berupaya menemukan kebenaran.
Pengalaman berpindah agama dia lakukan karena berupaya untuk mencari agama yang terbaik yang akan membawanya pada kehidupan yang damai di dunia dan akhirat kelak. Menurut Andrean, agama Budha sebagai agama yang pertama kali dianutnya adalah agama yang diwariskan oleh kedua orang tuanya.
Sedangkan agama Kristen Protestan merupakan agama yang ia dapatkan kemudian setelah melakukan pembandingan antara Budha dengan Kristen. “Sebagai seorang yang sudah dewasa, saya berupaya untuk menemukan kebenaran dengan membandingkan beberapa agama," kata dia.
"Dua agama sebelum saya memutuskan untuk masuk Islam, saya rasa dan pikir tidak memberikan sikap yang logis, khususnya ketika salah seorang dari anggota keluarga kita meninggal dunia, penganut dua agama ini menangis hingga meratap. Hal ini seperti jauh dari sikap ikhlas yang seyogyanya diajarkan dalam agama."
Andrean menuturkan, pada salah satu kasus seperti yang disebutkan di atas, Islam adalah agama yang paling baik dalam mengajarkan keikhlasan. Ketika salah seorang anggota keluarga atau orang yang dikasihi meninggal dunia, Islam melarang penganutnya untuk meratap, cukuplah dengan menangis apabila tidak mampu menahan kesedihan.
Berdasarkan pembandingan singkat inilah kemudian Andrean mempelajari hal-hal yang berbeda lainnya antara agama warisan orang tua, agama Kristen dengan Islam. Beberapa hal yang dibandingkan olehnya adalah tata cara beribadah, bagaimana itu Tuhan, dan syariat berbusana. Setelah membandingkan cukup lama, barulah ia memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat syahadat.
Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An Naba Center Indonesia menjadi tempat yang ia pilih untuk mengucapkan kalimat syahadat. Tepat pada sore hari menjelang berbuka puasa, dihadapan pimpinan pondok pesantren KH. Syamsul Arifin Nababan beserta para santri Andrean mengucapkan kalimat syahadat. Sejak itulah ia meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan membawa kebanaran.
Pimpinan pondok pesantren An Naba Center, KH. Syamsul Arifin Nababan berpesan usai pengislaman, bahwa pilihan dan analisa saudara Andrean sudah tepat. Oleh sebab itu, dengan mengucapkan kalimat syahadat, Andrean telah berada dalam kebenaran.
Langkah kemudian yang harus dijalani menurut pak kiai adalah mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya; “Pak Andrean, pasca berislam, bapak wajib menuntut ilmu Islam dan mengamalkannya, dan hal yang paling utama adalah mengamalkan rukun-rukun Islam.”, ucap beliau.
Pengislaman berlangsung khidmat dan lancar. Sebelum menutup acara pengislaman, pak Kiai memberi nama panggilan kepada Andrean dengan sebutan Ali Ramadhan. Prosesi tersebut kemudian ditutup dengan pembacaan doa dan dilanjutkan berbuka puasa bersama.