REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Islam sangat menghargai nilai-nilai kejujuran yang membuat seorang Muslim merasakan pengawasan Allah SWT dalam setiap gerak langkah kehidupan.
“Kejujuran itu merupakan sikap yang sangat berharga, sekaligus pertaruhan integritas seseorang di hadapan orang lain,” kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir kepada Republika, Selasa (30/6).
Haedar menjelaskan, puasa adalah ibadah yang mementingkan nilai-nilai kejujuran. Orang bisa saja minum air saat berwudhu atau berbuka ketika di luar pengawasan orang lain. Hanya lewat setetes air saja, orang lain tidak akan tahu kalau dia sudah berbuka. Kejujuran inilah sikap pembeda.
Menurut Haedar, puasa melatih kejujuran seseorang. Lewat puasa, akan terbentuk sikap muraqabah dalam diri seorang Muslim. Muraqabah ialah satu sikap di mana seorang Muslim selalu merasa di bawah pengawasan Allah. Walau dia tidak bisa melihat Allah SWT, dia yakin Allah SWT akan mengawasinya.
Ketua PP Muhammadiyah ini menilai apabila ada seorang Muslim berpuasa lantas tidak berbuka di kala dia memiliki kesempatan, sejatinya puasa telah berhasil menanamkan jiwa muraqabah.
Ia berpendapat, kalau ini menjadi khazanah perilaku setiap Muslim, baik di tingkat akar rumput maupun elit, tidak akan lagi ada tindak korupsi. Tidak akan ada berbagai persoalan yang disebabkan oleh perilaku korup di negeri ini.
“Korupsi muncul ketika orang mempunyai kemauan untuk mengakali dan menyiasati sistem,” kata doktor Sosiologi UGM ini.
“Jiwa muraqabah seolah-olah menempatkan seseorang dalam ruangan penuh CCTV. Dia akan selalu merasa diawasi. Ia dekat dengan Allah dan merasa selalu diawasi Allah dalam setiap langkah kehidupan,” kata Haedar.